Jakarta (ANTARA News) - Bagi Sekretaris Jenderal MPR RI Edy Siregar pelantikan dan pengucapan sumpah Presiden Republik Indonesia yang paling membuatnya terkesan adalah saat KH Abdurahman Wahid atau Gus Dur menjadi Presiden RI.

Kepada Antaranews.com hari ini, Edy membeberkan alasan momen itu paling berkesan buat dirinya adalah karena Gus Dur sempat menaiki meja saat akan bertukar tempat duduk dengan Presiden BJ Habibie.

"Paling mengesankan itu saat Gus Dur dilantik. Anda bisa bayangkan, kita kasih mikrofon, karena kita tahu kondisi Gus Dur. Lalu beliau membaca sumpah. Kita tahu beliau tidak bisa baca, kemudian terjadi pertukaran tempat kursi dengan Habibie, salah satu kaki beliau naik ke atas meja," cerita Edy di Gedung MPR/DPR/DPD RI, Jakarta, Sabtu.

Tak hanya dari momen itu Edy mengenang masa pelantikan Gus Dur sebagai yang paling berkesan, tetapi ada satu lagi momen istimewa yang sulit dia hapus dari ingatannya sampai sekarang, yakni saat ajudan Gus Dur yang sedang membisiki Presiden Keempat RI itu tertangkap oleh salah satu kamera televisi swasta.

"Saya masih ingat, ketika Gus Dur membaca sumpah, salah satu televisi swasta bukannya menyoroti Gus Dur yang membaca sumpah, tapi malah menyoroti mulut ajudan Gus Dur yang membisikkan apa yang akan dibaca oleh Gus Dur. Itu yang paling berkesan," kenang Edy.

Berkaitan dengan pelantikan Joko Widodo yang Senin nanti akan resmi menjadi Presiden ketujuh Republik Indonesia, bersama Wakil Presiden terpilih Jusuf Kalla, Eddy menyebutnya tidak akan ada perbedaan yang menyolok dengan pelantikan presiden sebelum-sebelumnya.

"Engak ada pebedaaan dengan pelantikan presiden-presiden sebelumnya. Semua prosedur dan tata caranya sama," kata Edy.

Kekecualian hanya berlaku saat mantan Presiden Soeharto menyerahkan estafet kepresidenan kepada BJ Habibie yang menjadi wakilnya sebelum itu.

Waktu itu Soehato mengundurkan diri dan BJ Habibie tampi sebagai pengganti, namun Habibie bersumpah di hadapan Mahkama Agung.

Kembali pada momen Gus Dur, Eddy juga mengenang pengalaman unik lain sewaktu penggantinya Megawati Soekarnoputri disumpah di Gedung DPR.
 
"Saat pelantikan Gus Dur, MPR menyiapkan dua kursi, satu untuk Gus Dur, satu untuk Habibie. Kemudian, saat pelantikan Megawati, MPR hanya menyiapkan satu kursi karena tidak ada prosesi serah terima ke Megawati karena saat itu Gus Dur di-impeach (dimakzulkan).

Tetapi satu kursi pada pelantikan Presiden kemudian terulang saat Susilo Bambang Yudhoyono naik ke kekuasaan setelah memenangkan Pemilu 2004 yang berarti mengakhiri kekuasaan Megawati Soekarnoputri.

"Lalu saat pelantikan Susilo BambangYudhoyono sebagai presiden, Megawati tidak ada atau tidak hadir, begitu juga wakil Megawati, Hamzah Haz tidak hadir. Kita tidak tahu kenapa Megawati tidak hadir dalam pelantikan SBY dan Jusuf Kalla di MPR RI," kata Edy.

Pada periode kedua SBY, yang terjadi adalah pergantian wakil, dari Jusuf Kalla ke Boediono.

"Kalau sekarang kan, presiden dan wakilnya diganti. Itu saja yang menurut saya menarik. Jadi enggak ada yang spesial, yang spektakuler, yang wah itu tidak ada saat pelantikan Jokowi-JK ini," ungkap Edy yang telah menangani masalah pelantikan presiden sejak 1998.




Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2014