Mamuju (ANTARA News) - Petani cengkih di Kecamatan Sendana Kabupaten Majene Provinsi Sulawesi Barat mengalami kerugian yang cukup besar akibat kemarau merusak tanamannya.

"Tanaman cengkih kami banyak yang mati akibat kemarau, tanaman cengkih kami itu tidak dapat lagi dipanen karena kekeringan," kata Madi salah seorang petani cengkih di Mamuju, Minggu.

Ia mengatakan, tanaman cengkih petani Majene setiap pohonnya mampu menghasilkan 60 kilogram cengkih ketika dipanen, sehingga tanaman cengkih petani mampu menghasilkan Rp7,200,000.

"Setiap kilogram cengkih dijual kepada pedagang pengumpul Rp120,000, sehingga petani yang tanamannya cengkihnya rusak hingga puluhan pohon akan dapat mengalami kerugian ratusan juta, ini sangat memprihatinkan bagi petani," katanya.

Menurut dia, petani sebelumnya berusaha mengantisipasi ancaman kemarau dengan menyiram air tanaman cengkihnya, namun kemarau tetap merusak tanaman mereka.

"Petani harus membawa air yang diambil dari sungai untuk menyiram tanaman cengkihnya menggunakan jerigen dengan berjalan hingga beberapa kilometer sambil mendaki bukti karena tanaman cengkeh petani umumnya berada di atas bukit," katanya.

Ia mengatakan, antisipasi itu harus dilakukan kalau tidak ingin tanaman cengkihnya menjadi kekeringan akibat kemarau, namun akhirnya usaha itu tidak maksimal dan banyak tanaman cengkih petani yang mati.

Ia berharap pemerintah membantu petani yang mengalami kerugian akibat tanamannya dirusak kemarau, baik permodalan maupun bibit menanam cengkih kembali.

Pewarta: M Faisal Hanapi
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2014