Sydney (ANTARA News) - Seorang remaja yang lari dari Australia untuk bergabung dengan kelompok garis keras di Irak dan Suriah beberapa bulan kemudian muncul dalam video kelompok Negara Islam (Islamic State/IS), yang sebelumnya juga disebut Negara Islam Irak dan Suriah (Islamic State of Iraq and Syria/ISIS).

Menurut berita yang dilansir harian Sydney Morning Herald pada Selasa, remaja itu bersumpah untuk "tidak menghentikan pertempuran" dalam video tersebut.

Remaja berusia 17 tahun yang menyebut dirinya "Abu Khaled" dan disebut media lokal dengan nama Abdullah Elmir itu membawa senapan dan secara langsung menyebut Perdana Menteri Australia Tony Abbott dalam video yang diunggah ke dalam jaringan itu.

"Untuk Tony Abbott, saya ingin mengatakan ini. Senjata-senjata yang kami miliki, para tentara ini, kami tidak akan berhenti berjuang," kata Elmir, remaja yang keluarganya tinggal di daerah pinggiran bernama Bankstown, yang terletak di sebelah barat daya Sydney.

"Kami tidak akan meletakkan senjata-senjata kami sampai kami mencapai daerah kalian, sampai kami mengambil kepala dari setiap tiran, dan sampai bendera hitam (dari kelompok Negara Islam) berkibar tinggi di setiap wilayah," ujarnya.

Elmir dilaporkan telah meninggalkan rumah dan keluarganya pada Juni lalu. Ia mengatakan pada keluarganya bahwa ia akan pergi memancing, namun kemudian menghubungi ibunya untuk memberitahu bahwa ia berada di Turki dan akan "melintasi perbatasan".

Pengacara keluarga Elmir mengatakan bahwa pada saat itu ibu Elmir menduga anaknya akan pergi ke Irak.

Elmir dilaporkan meninggalkan Australia bersama seorang remaja lain berusia 16 tahun yang biasa dipanggil "Feiz", yang ditemukan oleh ayahnya dan dibawa ke Australia.

Seorang juru bicara Perdana Menteri Australia mengatakan bahwa video itu menunjukkan ancaman yang ditimbulkan oleh kelompok Negara Islam, atau yang juga dikenal sebagai ISIL (Islamic State of Iraq and Levant).

"Seperti yang Perdana Menteri pernah sampaikan pada banyak kesempatan, ISIL adalah sebuah ancaman yang telah merambah ke Australia dan negara-negara sekutu dan mitra kita," kata juru bicara itu.

"Itulah sebabnya Australia telah bergabung dengan koalisi untuk melawan dan menghambat pergerakan ISIL di Irak. Pemerintah juga memberikan kekuatan dan sumber daya yang dibutuhkan kepada aparat penegak hukum dan badan-badan keamanan untuk menjaga Australia dan warganya seaman mungkin," lanjutnya.

Australia telah menaikkan standar kewaspadaannya terhadap ancaman teror ke tingkat "tinggi" pada September lalu setelah bertahun-tahun standard itu ada di tingkat "menengah" karena kehawatiran akan kembalinya anggota kelompok garik keras ISIS.

Sementara itu, Perdana Menteri Abbott telah memperingatkan bahwa warga Australia yang berjuang bersama para ekstrimis ISIS akan dikenai hukuman penjara dalam jangka panjang jika kembali ke Australia.

Beberapa orang di Australia ditangkap dalam aksi penggerebekan kontra-terorisme pada September lalu, dan para tersangka itu didakwa merekrut, mendanai dan mengirim pejuang ke Suriah.

Australia juga telah bergabung dengan koalisi internasional pimpinan Amerika Serikat untuk melawan kelompok ISIS, dan koalisi itu melakukan serangan udara pertama di Irak pada awal Oktober dengan menggunakan pesawat tempur. (U.Y012)

Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2014