Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah di pasar uang spot antarbank Jakarta Selasa menguat terdorong spekulasi kemungkinan tertundanya kenaikan suku bunga AS (Fed rate) akibat perlambatan pertumbuhan ekonomi global.

Rupiah Selasa sore ditutup pada 11.991 per dolar AS, lebih baik 41 poin dibandingkan posisi sebelumnya 12.032 per dolar AS.

"Rupiah dalam beberapa hari terakhir mengalami penguatan di tengah pergeseran ekspektasi the Fed terkait waktu penaikan suku bunga AS," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra.

Ia memperkirakan bahwa mata uang rupiah masih berpotensi menguat sampai pertemuan the Fed pada 28-29 Oktober mendatang untuk menentukan kebijakan selanjutnya.

Di sisi lain, lanjut dia, data ekonomi Tiongkok yang tidak terlalu buruk juga meredakan kekhawatiran atas outlook perekonomian global. Produk domestik bruto (PDB) mencatatkan pertumbuhan sebesar 7,3 persen pada kuartal III 2014 atau lebih tinggi dari estimasi 7,2 persen.

"Kondisi itu menjadi salah satu sentimen positif bagi mata uang rupiah mengingat Tiongkok merupakan salah satu mitra dagang Indonesia," katanya.

Kendati demikian, menurut dia, pergerakan rupiah cenderung terbatas karena investor juga menantikan susunan kabinet pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla, termasuk arah kebijakannya kedepan.

Pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara Rully Nova menambahkan bahwa setelah euforia pelantikan Jokowi-JK, susunan kabinet pemerintahan Jokowi-JK juga diharapkan sesuai dengan ekspektasi pasar. Pelaku pasar keuangan mengharapkan bahwa posisi menteri diisi oleh orang profesional.

"Tentunya tim ekonomi menjadi perhatian pelaku pasar karena diharapkan nantinya bisa membawa perekonomian Indonesia menjadi lebih baik," katanya.

Menurut kurs tengah Bank Indonesia rupiah berada pada 11.993 per dolar AS dibandingkan sebelumnya 12.041 per dolar AS.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2014