Manado (ANTARA News) - Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sulawesi Utara (Sulut) mencatat harga komoditas cengkih di Kota Manado pada pekan ketiga Oktober 2014 terus naik hingga mencapai Rp136.000 per kilogram.

"Setelah sempat menyentuh harga Rp130.000 per kilogram (kg) pada akhir bulan September, harga komoditas unggulan daerah ini mencapai Rp136.000 per kg pada pekan ketiga Oktober 2014," kata Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri Disperindag Sulut, Hanny Wajong di Manado, Selasa.

Hanny mengatakan terus naiknya harga cengkih disebabkan kurangnya pasokan di pasar, baik pada tingkat pengumpul maupun pedagang besar.

"Meskipun banyak yang menjual, persediaannya tetap sedikit. Komoditas ini tetap dicari pedagang yang membuat harganya terus naik," katanya.

Ia optimistis harga cengkih akan semakin membaik menjelang akhir tahun. Harga cengkih sempat menyentuh Rp153.000 per kg pada Juli 2014.

Dia mengatakan harga cengkih yang cukup baik itu diharapkan memberikan manfaat dan nilai tambah kepada petani untuk mengembangkan pertanian dan usaha perkebunannya.

Pemerintah setempat akan terus memantau dan mengawasi pergerakan harga komoditas unggulan itu dan menyampaikannya kepada petani.

Komoditas cengkih bukan barang yang diawasi seperti beras dengan demikian mekanisme pasar yang akan mengatur.

"Jika stok banyak maka harga turun. Begitu pula sebaliknya, jika stok kurang, pasti harganya mahal," tuturnya.

Meskipun demikian, pemerintah akan terus melakukan pemantauan dan pengawasan harga komoditas unggulan daerah agar selalu berpihak kepada petani.

Disperindag Sulut telah membentuk tim pemantau harga yang secara rutin akan mengecek langsung harga sejumlah komoditas unggulan di pasar-pasar tradisional maupun di tangan pengumpul.

Sementara itu, petani cengkih asal Kabupaten Minahasa, Arnold Komaling, mengatakan di saat harga cengkih naik, petani tidak memiliki stok untuk dijual.

"Kami berharap harga akan terus meningkat sampai panen raya cengkih nanti," katanya.

Kalangan petani meminta agar pemerintah lebih memperhatikan petani sehingga saat panen raya harga tetap berada di posisi yang menguntungkan mereka. (*)

Pewarta: Jootje Kumajas
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014