Film ini memberi kita jendela ke dalam melihat masyarakat Melayu di Malaka pada akhir abad ke-19. Campuran yang sangat kompetitif antara adat Melayu, pribumi suku, Eropa, Arab, India, dan China yang hidup dan bekerja sama."
Jakarta (ANTARA News) - Film berjudul Gunung Emas Almayer yang diangkat dari novel "Almayers Folly" karya maestro dunia Joseph Conrad menceritakan tentang kehidupan masyarakat Melayu pada abad ke-19.

"Film ini terkonsep ketika saya menemukan cerita dari Almayers Folly karya Joseph Conrad yang mengarungi daratan Malaka sejak abad XIX. Novel itu saya dapatkan di tahun 1996," kata Sutradara Film Gunung Emas Almayer, U-Wei Bin Haji Saari, dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (22/10).

Melihat dari sinopsisnya, film Gunung Emas Almayer yang mengambil setting Malaka awal abad 19 dan berdurasi sekitar 116 menit ini, menceritakan tentang perjuangan seorang pedagang senjata berkebangsaan Belanda yang sekaligus mempunyai minat arkeologi, Kaspar Almayer, mengejar impiannya menemukan Gunung Emas di Malaka.

Impian Almayer untuk menemukan Gunung Emas, tak terlalu mudah. Ada banyak rintangan dan tantangan yang harus dihadapi, baik dari para pedagang Arab, manuver politik ketua suku adat setempat, tentara militer Kolonial Inggris, pejuang kemerdekaan maupun dari keluarganya sendiri.

Almayer memiliki seorang anak perempuan bernama Nina, buah pernikahannya dengan wanita Melayu berdarah Betawi bernama Mem. Pangeran Malaka yang tampan bernama Daen Maroola ingin membeli bubuk mesiu dari Almayer.

Ketika Daen melihat Nina, Daen pun jatuh cinta. Daen mengetahui letak Gunung Emas yang Almayer inginkan. Daen akan membantu Almayer menemukan Gunung Emas tersebut dengan syarat Almayer harus membantu Daen mendapatkan bubuk mesiu yang ia butuhkan.

"Film ini memberi kita jendela ke dalam melihat masyarakat Melayu di Malaka pada akhir abad ke-19. Campuran yang sangat kompetitif antara adat Melayu, pribumi suku, Eropa, Arab, India, dan China yang hidup dan bekerja sama," tuturnya.

Sutradara ternama asal Malaysia berdarah Padang itu menjadi komandan dalam pembuatan film ini menyulapnya menjadi sebuah film luar biasa dengan judul "Gunung Emas Almayer".

Film ini mengombinasikan antara seniman Indonesia dan Malaysia sebagai pemeran penting dalam cerita tersebut.

Cerita novel "Almayers Folly" diangkat ke layar lebar sebagai sebuah produksi kerja sama antara Media Desa Indonesia dengan eksekutif produser Rahayu Saraswati Djojohadikusumo dan rumah produksi Tanah Licin dengan eksekutif produser U-Wei Bin Haji Saari. Film kolosal ini akan tayang perdana di bioskop Indonesia pada 6 November 2014. (*)

Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014