Pekanbaru (ANTARA News) - Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Wilayah Provinsi Riau Nurzelly Husnedi menyatakan terdapat lebih 2.000 dokter di provinsi itu namun belum tersebar secara merata hingga ke pelosok desa.

"Mereka masih menjalankan profesi masing-masing di kota besar khususnya Pekanbaru, selain juga di ibu kota kabupaten di Riau," kata Nurzelly kepada Antara di Pekanbaru lewat sambungan telepon, Jumat.

Ketika dihubungi, dr Nurzelly sedang berada di Lombok menghadiri acara yang digelar IDI Pusat dalam rangka memperingati Hari Dokter Indonesia.

"Banyak dokter yang tergabung dalam IDI datang ke Lombok untuk menghadiri acara ini. Sebagian tentu menjalankan profesi di masing-masing provinsi," katanya.

Berkaitan dengan belum tersebar secara merata dokter-dokter di Riau, menurut Nurzelly itu merupakan masalah bersama khususnya pemerintah daerah dan pemerintah pusat.

Karena menurut dia, persoalan kesehatan dan dokter juga merupakan tanggung jawab pemerintah, bukan saja IDI.

Menurut dia, masalah keberadaan dokter yang belum merata juga menjadi topik pembahasan utama pada pertemuan di Lombok.

Ini tentu harus juga disampaikan ke pemerintah, baik itu pemda maupun pemerintah pusat, agar ada regulasi yang jelas berkaitan dengan penempatan tenaga medis khususnya dokter hingga ke pelosok desa, katanya.

Nurzelly kembali menjelaskan, bahwa sebaran dokter yang tidak merata merupakan salah satu penyebab masyarakat Indonesia belum dapat mencapai taraf hidup yang optimal.

Karena sesungguhnya, lanjut dia, dokter memiliki peran dalam kesehatan yang merupakan indikator utama dari kesejahteraan suatu wilayah.

Nurzelly mengatakan, ekonomi, pendidikan, dan kesehatan merupakan indikator utama kesejahteraan, sayangnya kesejahteraan belum dapat merata di semua daerah di Indonesia dan ini harus menjadi pemikiran bersama.

"Salah satu penyebabnya yaitu dokter yang belum tersebar dengan rata. Maka harus ada regulasi yang jelas, yang mengatur seluruh kebutuhan termasuk fasilitas hingga mengenai kesejahteraan dokter di pelosok daerah," katanya.

Pewarta: Fazar Muhardi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2014