Awalnya kami susah dapat izin dari bos untuk sekadar berlatih, apalagi tampil."
Jakarta (ANTARA News) - "Lebih dari dua ratus juta jiwa penduduk Indonesia Terdiri dari banyak suku bangsa itulah Indonesia Ada Sunda, ada Jawa, Aceh, Padang, Batak dan banyak lagi yang lainnya.."

Penggalan lirik lagu karya Rhoma Irama berjudul "200 Juta" itu dinyanyikan oleh sekelompok "musisi" yang personelnya berdandan ala Rhoma Irama, lengkap dengan jubah, surban hingga menyandang gitar.

Bahkan, cambang khas ala Rhoma juga menghiasi wajah keenam personelnya yang tergabung dalam, "The Rhompals", singkatan dari "Rhoma Palsu".

Saat pembawa acara menyebut nama "The Rhompals", sontak ratusan hadirin berdiri bertepuk tangan.

Bahkan, ketika mereka menyandang gitar masing-masing dan siap memainkannya, tanpa dikomando penonton merangsek maju sembari mengeluarkan gadget masing-masing.

Rhompals tidak hanya membuat penonton bernyanyi, hadirin berkali-kali terpingkal melihat aksi kocak para personel yang sama-sama berlagak sang "Raja Dangdut" di atas panggung.

Secara serentak, Ridho Nur Abdi, Teguh Soneta, Jecky Kelana, Sodri, Jumadi Nagoro dan Yofi Irama bermain gitar dan bernyanyi sambil kakinya melangkah maju, mundur, diangkat bergantian dan menggoyangkan gitar.

"Hahahaha...Aksi Bang Haji juga gak segitunya kali," celetuk seorang penonton sambil tertawa lepas melihat aksi personel The Rhompals.

Yang juga membuat penonton tertawa, gitar-gitar bekas yang digunakan ke enam personelnya ternyata tidak dimainkan sungguhan, melainkan hanya mengikuti irama yang dimainkan grup pengiring.

"Ealaaahh.. gitarnya nggak disambung ke listrik toh. Pantesan gayanya dahsyat, tapi irama musiknya tetap stabil," ucap penonton lainnya.

Kendati demikian, penampilan grup musik beraliran dangdut yang dibentuk pada 7 Oktober 2012 tersebut mendapat apresiasi luar biasa, terlebih dengan sebuah lagu karyanya sendiri berjudul "Globalisasi".

Turun dari panggung, penonton berebut mengajak foto bersama dan bersalam dengan para personelnya.

Mereka tampil sebagai bintang tamu menghibur ratusan penggemar Rhoma Irama yang tergabung dalam Fans of Rhoma and Soneta (Forsa) di Jakarta, Jumat (24/10).

Dalam setiap penampilannya, The Rhompals selalu membawakan lagu karya Rhoma Irama.

Wajah-wajah para personelnya juga sekilas mirip dengan Rhoma Irama.

Bahkan, dalam kehidupan sehari-hari, masing-masing personel yang terdiri dari berbagai latar belakang pekerjaan itupun tetap menjaga penampilan agar selalu tampak mirip dengan "Bang Haji".

"Harus dijaga karena ini aset. Kalau tidak, bagaimana kita bisa menghibur dan tentu saja orang tak akan suka karena tidak seberapa mirip," kata salah seorang personelnya, Ridho Nur Abdi.

Meski berbeda latar dan pekerjaannya, para Rhoma palsu ini mengaku wajib berlatih dua kali dalam sepekan untuk menjaga kekompakan, khususnya koreografi.

Setiap harinya, Ridho adalah seorang kuli panggul di Pasar Tanah Abang, kemudian Jecky adalah ketua RT di Koja, Jumadi seorang pemain organ tunggal, Yofi si pemangkas rambut, Teguh satpam di salah satu SMP Negeri di kawasan Kalibata dan Sodri sang sopir truk.

"Awalnya kami susah dapat izin dari bos untuk sekadar berlatih, apalagi tampil. Tapi lambat laun mereka faham dan mengizinkan," kata Ridho.

Bahkan, lanjut dia, usai menjadi bintang tamu pada sejumlah program di televisi swasta, seperti Hitam Putih dan Bukan Empat Mata, mereka mendapat keistimewaan di tempat kerjanya.

"Jadi berasa seperti artis beneran," ucap Jumadi lalu tertawa.

Yang membuat bangga, kata Ridho kembali, grup musiknya pernah diundang bersama Rhoma Irama pada program Bukan Empat Mata yang dipandu Tukul Arwana.

"Kami juga telah mendapat mandat dari Haji Rhoma Irama untuk mengembangkan gaya serta melestarikan karya-karyanya," kata dia.

Ke depan, pihaknya berusaha menjaga kekompakan dan eksistensi di belantika musik Indonesia.

Satu hits lagu baru yang khusus diciptakan untuk Rhoma Irama sudah disiapkan.

Saat ini, mereka bersama para penggemar Rhoma Irama lainnya berada dalam wadah organisasi Fans of Rhoma and Soneta (Forsa), yang pada 24-25 Oktober 2014 menggelar musyawarah nasional I di Jakarta.

Pewarta: Fiqih Arfani
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2014