Minimal caranya dengan menginstruksikan stasiun-stasiun televisi swasta untuk menayangkan acara keroncong
Jakarta (ANTARA News) - Kelompok musik keroncong tertua di Indonesia, Keroncong Tugu Cafrinho, meminta pemerintah meningkatkan dukungan terhadap upaya pengembangan dan pelestarian musik keroncong di Tanah Air.

"Alangkah baiknya pemerintah lebih banyak ikut campur dalam mengembangkan keroncong. Minimal caranya dengan menginstruksikan stasiun-stasiun televisi swasta untuk menayangkan acara keroncong, katakanlah selama satu jam setiap minggu," kata Ketua Kelompok Keroncong Tugu Cafrinho, Guido Quiko, di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Jumat malam (24/10).

Menurut Guido peran media sangat penting dalam upaya penyebarluasan musik keroncong.

Dia berharap stasiun televisi lebih banyak menayangkan keroncong sehingga suatu saat nanti acara-acara keroncong bisa sejajar dengan program-program hiburan yang lain.

"Kalau bukan media, siapa lagi yang bisa mempromosikan musik keroncong? Akan sangat mahal biayanya bila kami mempromosikan diri kami sendiri," katanya.

Guido juga menjelaskan bahwa kelompok musik keroncongnya sudah mulai mendapat perhatian dari pemerintah daerah ketika Joko Widodo menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. Namun perhatian itu tidaklah mudah didapat.

"Kami terus melaporkan keadaan kami kepada pemerintah, terutama kepada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, seperti apa saja kegiatan kami, di mana kami tampil, kekurangan kami, dan sebagainya. Dengan begitu pemerintah akan memberikan bantuan," kata Guido, keponakan Joseph Quicko, orang yang membentuk Keroncong Tugu tahun 1925.

Kelompok Keroncong Tugu Cafrinho merupakan kelompok musik keroncong tertua di Indonesia.

Joseph Quicko membentuk kelompok keroncong yang semula bernama Orkes Pusaka Keroncong Moresco Toegoe Anno 1661 tersebut tahun 1925.

Angka 1661 pada nama kelompok itu mengacu pada tahun pembebasan tahanan Portugis oleh Belanda di Kampung Tugu, Jakarta.

Keroncong Tugu Cafrinho menjadi nama resmi kelompok musik itu sejak 1991.

Pewarta: Michael Teguh Adiputra Siahaan
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2014