Makassar (ANTARA News) - Andi Amran Sulaiman adalah sosok wirausahawan, akademisi, dan birokrat dari Sulawesi Selatan (Sulsel) yang akhirnya diumumkan oleh Presiden Joko Widodo sebagai Menteri Pertanian dalam Kabinet Kerja.

Amran, pria kelahiran Bone, 46 tahun yang silam ini, mengawali kiprahnya sebagai Kepala "Field Operation" di Pabrik Gula Bone, Sulsel pada tahun 1994-1995.

"Saat itu dia memang sudah tampak menonjol dibandingkan teman-temannya, keingintahuannya yang besar terlihat jelas dari pertanyaan-pertanyaan yang ia ajukan ketika orang lain memilih diam," ungkap mantan Direktur PTPN XIV Ali Arif, yang saat itu menjadi atasan Amran.

Melihat potensi Amran, Ali lalu memutuskan memberikan tanggung jawab yang lebih besar dengan mengangkatnya menjadi Koordinator Umum Proyek Gula Tinanggea, Kendari pada tahun 1997-1998.

Pada saat itulah, menurut Ali, Amran lagi-lagi menunjukkan kualitasnya yang berbeda. Kecerdasan dan kejujuran Amran terlihat jelas ketika ia diberi tanggung jawab membayar biaya pembebasan lahan proyek gula tersebut.

"Saat itu ia diberi dana lebih dari Rp5 miliar, dan setumpuk dokumen berisi nama penerima ganti rugi, berikut luas lahan, jumlah pohon, bangunan serta total ganti rugi yang harus diterima setiap orang," kenang Ali.

Namun sebelum melakukan pembayaran, Amran dengan membawa juru ukurnya sendiri, mengukur kembali setiap lahan yang akan diganti rugi. Pembayaran lalu dilakukan berdasarkan data riil hasil pengukuran langsung di lapangan, hasilnya ada kelebihan uang pembebasan lahan senilai lebih dari Rp600 juta.

"Semua uang itu ia kembalikan, padahal dalam kondisi saat itu, tidak seorangpun yang akan mempersoalkan uang tersebut karena memang sudah dianggap habis," kata Ali.

Karir Amran di PTPN XIVV memang cukup cemerlang, dalam kurun waktu enam tahun dengan kapasitas yang ia miliki, ia mampu naik jabatan sebanyak empat kali, hingga terakhir menjadi Kepala Bagian Logistik PTPN XIV.

"Amran itu tipe pemecah masalah, kalau ada masalah yang tidak dapat diselesaikan oleh orang lain, percayakan ke Amran, pasti beres," kata Ali.

Amran juga dikenal sebagai pribadi ulet, cerdas dan inovatif, karakter inilah yang menurut Ali mampu membuat Amran sukses di segala bidang yang ia geluti, termasuk menjadi pengusaha.



Pembasmi Hama Tikus

Sebagai pengusaha, Amran tergolong sukses. Sejak menggeluti kewirausahaan 8 tahun yang lalu, Amran kini berhasil membangun Tiran Group yang memiliki sekitar 10 anak perusahaan dengan omzet total hingga Rp1 triliun per bulan. Anak perusahaan Amran bergerak mulai dari produsen pestisida, pertambangan emas, distributor semen dan produk Unilever, hingga pemilik SPBU.

Kesuksesan Amran sebagai pengusaha tidak datang begitu saja, semuanya dibangun di atas pondasi kerja keras.

Sejak masih berstatus sebagai mahasiswa, Amran muda dengan tekun melakukan penelitian untuk mencari racun hama tikus. Hasilnya ia menemukan alat pengempos tikus, pembasmi hama tikus yang lebih efisien dan efektif dari yang pernah ada sebelumnya, penemuan ini ia patenkan pada tahun 1995. Amran juga memproduksi pestisida yang diberi nama Tiran yang merupakan akronim dari "Tikus Diracun Arman."

Ketika mengurus hak paten penemuannya di Jakarta, Amran yang saat itu hidup dalam kondisi pas-pasan, terpaksa menginap di Mesjid Istiqlal karena tidak mampu menyewa penginapan.

Kerja keras Amran berbuah hasil, keampuhan pembasmi hama tikus temuannya membawa Amran berkibar sebagai pengusaha. Pembasmi hama tikus produksi Amran dipasarkan mulai dari Papua sampai ke Aceh, bahkan hingga ke Jepang, dengan omzet puluhan miliar per bulan. Dari usaha ini, Amran juga dianugerahi Tanda Kehormatan Satyalencana Pembangunan di Bidang Wirausaha Pertanian dari Presiden RI di Palembang, Sumatera Selatan pada tahun 2007.

Perkembangan perusahaan yang semakin pesat dan di sisi lain ketidaknyamanan yang dirasakan Amran dalam sistem birokratis yang menurutnya banyak penyimpangan, akhirnya membuat Amran memutuskan untuk mengundurkan diri dari PTPN XIV.

Fokus pada bisnis membawa berkah yang lebih besar bagi Amran, usahanya berkembang cepat, ekspansi bisnis ia lakukan. Ia lalu mampu membangun dan membesarkan perusahaan yang tergabung dalam sebuah holding Tiran Group dengan unit usaha meliputi tambang emas, tambang nikel, proyek gula, perkebunan kelapa sawit, dll.

Sebagai pengusaha Amran memang dikenal ulet. Menurut istri Amran, Martati, Amran biasanya meninggalkan rumah sebelum pukul 07.00 pagi.

"Bapak (Amran) itu disiplin dan pekerja keras, ia selalu meninggalkan rumah sebelum pukul 07.00 pagi dan biasanya baru pulang pada malam hari," kata Martati.

Berkat kerja kerasnya tersebut, pada tahun 2007 ia menerima penghargaan Satya Lencana Pembangunan di Bidang Wirausaha Pertanian dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Amran juga tercatat sebagai Instruktur Wirausaha Mandiri dan UKM sejak tahun 2011.


Akademisi Yang Brilian

Kerja keras dan kecerdasan Amran Sulaiman juga terlihat dalam jejak rekamnya sebagai akademisi. Saat masih menjadi mahasiswa strata satu, ia telah berhasil mencatatkan 4 hak paten penemuannya. Ia juga lulus dari Univerrsitas Hasanuddin dengan predikat cum laude dan IPK 4,0 pada jenjang pendidikan Magister dan Doktoral.

Dalam disertasi Doktoralnya, Amran mengulas bagaimana tantangan terbesar reformasi birokrasi Indonesia adalah bagaimana mengubah paradigma "dilayani" menjadi "melayani".

Menurut Amran, dalam menjalankan reformasi birokrasi semangat untuk melayani masyarakat harus menjadi budaya birokrasi dan terinternalisasi dalam setiap tahapan pekerjaan. Inilah yang menurut Amran menjadi tantangan terbesar bagi birokrasi kita ke depan.

Sebagai seorang pengusaha dan akademisi yang telah lama bergelut di sektor pertanian, utamanya di bidang kelapa sawit dan tebu, Amran memahami potensi besar perkebunan nasional. Bagi Amran, sistem birokrasi harus diperbaiki dan semangat kewirausahaan perlu terus dibangun.

"Amran tahu betul berbagai seluk-beluk permasalahan perkebunan kita, dan dengan kapasitasnya, saya optimis ia mampu memperbaiki kondisi pertanian kita," terang Ali Arif.

Amran saat ini juga tercatat sebagai Dosen Luar Biasa Wirausaha dan UKM di Fakultas Sastra, dan Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin, Makassar.


Jujur dan Ulet

Jujur dan kerja keras, dua nilai inilah yang dipegang teguh oleh putra pasangan A.B. Sulaiman Dahlan Petta Linta dan Andi Nurhadi Petta Bau ini. Nilai inilah yang mampu membawanya ke posisinya saat ini.

Menurut Amran, menjadi orang jujur akan memiliki energi yang sangat positif. Orang akan menghargai kejujuran dan pendapat kita. Mengatakan kebenaran dalam segala situasi selalu merupakan pilihan terbaik karena sekali berbohong, maka selamanya akan dikenal sebagai pembohong.

"Hati, pikiran, perkataan dan perbuatan harus se-iya se-kata, sehingga tidak ada konflik internal yang menguras energi kita," terang Amran saat ditemui sehari sebelum pengumuman kabinet di Makassar.

Bagi Amran, korupsi yang jamak dilakukan oleh pejabat di negeri ini bukanlah semata persoalan ekonomi, tetapi karakter.

"Dengan gaji RP150 ribu per bulan pun saya tidak pernah mengambil apa yang bukan menjadi hak saya, apalagi dalam kondisi saya saat ini yang secara ekonomi bagi saya sudah lebih dari cukup," kata Amran.

Latar belakang Amran yang terbilang komplit, serta pengalaman dan kesuksesan yang terlihat di setiap bidang yang ia geluti menunjukkan kapasitas ayah empat anak ini yang memang mumpuni.

Dengan kemampuan tersebut Amran Sulaiman diharapkan benar-benar mampu membawa sektor
pertanian Indonesia menjadi lebih maju.

"Ia sudah terbukti mampu menjadi konseptor dan eksekutor handal dalam berbagai tanggung jawab yang ia emban, saya optimistis ia mampu memajukan sektor pertanian Indonesia," pungkas Ali.

Oleh Nurhaya J. Panga
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2014