Beijing (ANTARA News) - Presiden Afghanistan yang baru dilantik Ashraf Ghani tiba di Beijing, Selasa, untuk memulai kunjungan empat hari ke raksasa Asia yang sangat membutuhkan sumber alam.

Ghani, yang pernah belajar di Amerika Serikat itu dilantik sebagai presiden Afghanistan bulan lalu dalam peralihan kekuasaan yang demokratik di negara yang porak poranda akibat perang itu.

Ia didampingi satu delegasi tingkat pejabat tinggi Afghanistan dan diperkirakan akan bertemu dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping dan para pemimpin lainnya di Beijing, yang sedang mencari kesempatan investasi lebih luas di Afghanistan.

Ghani juga akan menandatangani sejumlah perjanjian bilateral dan pada Jumat akan menghadiri "ProCess Istanbul", satu konferensi penting mengenai negaranya, yang tahun ini Beijing akan menjadi tuan rumahnya.

Tiongkok memiliki perbatasan sepanjang 47 km dengan daerah timur laut ujung dengan Afghanistan tetapi sangat menginginkan sumber-sumber mineral dari negara tetangganya itu.

Tiongkok telah mendapat konsesi-konsesi minyak dan tembaga, yang diperkirakan bernilai satu triliun dolar AS.

Ghani memilih Tiongkok untuk kunjungan pertamanya sejak menjadi presiden diperkirakan karena pemimpin Afganistan itu sedang berusaha menjalin hubungan ekonomi lebih erat dengan Beijing, kata para pengamat.

"Mengusahakan sumber-sumber dukungan lain adalah penting bagi stabilitas dan pembangunan Afghanistan," kata Fu Xiaoqiang kepada surat kabar pemerintah Global Times.

Ada masalah-masalah menyangkut stabilitas di Afghanistan terutama setelah pasukan Amerika Serikat ditarik akhir tahun ini.

Kini ada sekitar 40.000 tentara asing di Afghanistan, menurun sekitar 140.000 personel pada 2011.

Seluruh pasukan tempur NATO akan meninggalkan negara itu pada Desember, yang menyerahkan tanggung jawab keamanan kepada tentara dan polisi Afghanistan untuk memerangi gerilyawan Taliban.

Pasukan yang masih berada di Afghanistan sekitar 12.000 tentara termasuk 9.800 tentara AS dan 500 tentara Inggris akan tetap berada di negara itu sesuai dengan satu perjanjian keamanan yang ditandatangani Ghani. Pasukan itu akan melatih pasukan lokal dan kontra-terorisme.

Peran Tiongkok di Timur Tengah telah mendapat kecaman dari sejumlah pihak termasuk Presiden AS Barack Obama, yang dalam wawancara dengan surat kabar New York Times Agustus lalu menyebut Beijing satu "free rider" karena tidak banyak berbuat untuk menumpas aksi kekerasan di wilayah itu.

(UuH-RN)

Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2014