... dukungan untuk memulihkan minat menjadi petani hampir tidak ada... "
Jakarta (ANTARA News) - "Ternyata 80 persen petani Indonesia berusia di atas 50 tahun," kata Manajer Advokasi dan Jaringan Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan, Said Abdullah, di Jakarta, Rabu.

"Jika dikategorikan usia petani Indonesia pada 2014 terdiri 61,8 persen berusia lebih 45 tahun, 26 persen berusia 35-44 tahun dan 12 persen berusia kurang dari 35 tahun," ujarnya, usai menjadi narasumber diskusi jurnalis terkait dengan peran kaum muda dalam pembangunan pertanian.

Menurut dia, usia, produktivitas dan penurunan jumlah petani akan berimplikasi pada kemerosotan produksi pangan dalam negeri. Selain itu, petani yang tersisa hanyalah petani tua. Padahal pemerintahan Presiden Joko Widodo menargetkan Indonesia swasembada pangan tidak lama lagi.

"Rendahnya kelompok usia muda di sektor pertanian bukan fenomena baru, sudah sejak lama kita dihadapkan pada situasi ini dan terus meningkat derajatnya," katanya.

Untuk lebih menggairahkan anak muda berkiprah di sektor pertanian, kata dia, ada banyak alasan yang bisa dijagokan; terutama terkait penghasilan mereka secara ekonomis.

"Petani hingga saat ini masih dipandang sebagai profesi tidak menjanjikan, tidak ada harapan, petani itu rugi dan bergelut dengan kemiskinan," katanya.

Dengan stigma demikian, sektor pertanian bukanlah sektor yang menarik perhatian kaum muda. Mereka lebih suka bekerja sebagai buruh pabrik atau pergi bekerja di kota, dan inilah pendorong urbanisasi serta ketidakmerataan pembangunan.

"Pada sisi lain, investasi dan intervensi pemerintah pada kelompok muda di sektor pertanian sangat rendah, dukungan untuk memulihkan minat menjadi petani hampir tidak ada," katanya.

Dia menambahkan salah satu contoh keberadaan sekolah-sekolah pertanian justru makin hari makin berkurang, dalam tataran program pun pemerintah tidak ada inisiatif khusus terkait hal ini.

"Persoalan ini perlu mendapat perhatian serius dari semua kalangan terutama pemerintah, resiko yang ditanggung akan sangat besar jika kemudian kita defisit tenaga kerja di sektor pertanian," katanya.

Pewarta: Hendrina Kandipi
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2014