Jakarta (ANTARA News) - Tiga kata pamungkas, bekerja...bekerja...bekerja, serta merta melesat bak tembakan tercepat melesat dari pesepak bola kelas dunia menjebol jala gawang lawan menandai drama tiga huruf "Gol"!

Tiga kata itu membedakan antara manusia dengan hewan, karena hanya manusia yang dapat beraktivitas dan berkreasi di kolong langit ini.

Bila kawanan kerbau membantu petani membajak sepetak sawah, apakah kerbau dapat disebut sedang bekerja bersama petani?

Apa beda kerja karyawan dan karyawati ketika beraktivitas bersama dengan perangkat mesin pintar komputer untuk menemukan, menciptakan, dan mencari solusi keruwetan seribu satu urusan kantor?

Secara kelakar saja, bahwa kerbau membajak sawah tidak bertabur hawa sejuk mesin pendingin ruangan, sementara karyawan dan karyawati bisa tidak disebut bekerja bila datang dan hadir di kantor sekedar "setor muka" tanpa menghasilkan karya nyata. Tidak semua aktivitas dapat disebut sebagai bekerja.

Jelas, bahwa makan dan minum, bercengkerama bersama kekasih, ngobrol sana ngobrol sini ditemani segelas teh atau secangkir kopi sebatas dikategorikan sebagai kesibukan.

Hanya saja, ada sejumlah orang yang bekerja sambil ngeteh dan ngopi seraya membicarakan peluang-peluang bisnis yang membuahkan gol bagi penambahan pundi-pundi uang agar dompet makin tambun.

Ilustrasi itu hendak mengacu kepada makna bekerja, bekerja, bekerja. Tiga kata itu kini menghipnotis seluruh rakyat Indonesia menyambut Indonesia Baru di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla.

Bekerja...bekerja...bekerja! Tiga kata seruan yang dicetuskan Presiden Jokwi dalam pidato perdananya seusai mengucapkan sumpah jabatan sebagai presiden ketujuh RI pada Sidang Paripurna MPR, Senin (20/10).

Sebelum mencetuskan tekad membara bekerja...bekerja...bekerja, Presiden Jokowi dan Wapres Jusuf Kalla menunjukkan makna pertama dan utama dari bekerja yakni bergotong royong menghidupi kebersamaan dengan merayakan keragaman sebagai kekayaan dari kebhinekaan Indonesia.

Makna pertama dari bekerja itu disimbolkan bahkan dipadatkan dalam suasana meriah sarat kebersamaan dan sarat kegotongroyongan dalam upacara pelantikan Jokowi dan Jusuf Kalla pada Senin pekan lalu.

Setelah dilantik, Jokowi dalam pidato pertamanya menggarisbawahi makna bekerja dengan hati dalam atmosfer gotong royong di bawah naungan kubah kebhinekaan Indonesia.

"Saatnya kita menyatukan hati dan tangan. Kerja besar membangun bangsa tidak mungkin dilakukan sendiri oleh presiden, wakil presiden, ataupun jajaran pemerintahan yang saya pimpin, tetapi membutuhkan topangan kekuatan kolektif yang merupakan kesatuan seluruh bangsa," kata Jokowi.

Bekerja dengan hati dan tangan...dalam topangan kekuatan kolektif atau kebersamaan dengan dijiwai dan disemangati kesatuan seluruh bangsa merupakan makna kedua dari bekerja yang diutarakan Jokowi.

Makna kedua ini lantas merujuk kepada pengertian mendasar dari bekerja. Bekerja bukan sekedar kegiatan yang menyenangkan, melainkan seluruh aktivitas khas manusia yang dilakukan dengan kemauan dan kehendak hati dengan didasari pertimbangan rasional untuk mencapai hasil karya bagi masyarakat demi meraih kebersamaan.

Pelukis disebut sebagai pelukis karena ia telah menghasilkan sejumlah lukisan. Orang yang melihat hasil karyanya akan berujar, "dia pelukis karena telah menghasilkan sejumlah lukisan."

Pemahat patung diberi predikat sebagai pemahat patung karena ia telah menghasilkan patung. Dalam semua jenis pekerjaan apapun, harus ada "hal yang obyektif", maksudnya yang memang dapat disaksikan secara faktual ada.

Bintang sepak bola Real Madrid, Karim Benzema "memaksa" orang Prancis berujar, "Ooh la la Benzema", karena secara obyektif ia mencetak gol ke gawang lawan dalam dua laga terakhir.

Sontak, fans setia Madrid (Madridista) memuji penampilan Benzema, karena sebelumnya pemain itu menuai kritik sebagai "laskar tak berguna" di jajaran elite pemain sepak bola dunia, salah satunya Cristiano Ronaldo.

Secara obyektif, Benzema telah bekerja, karena ia menjaringkan dua gol di ajang Liga Champions saat Madrid menundukkan Liverpool 3-0, Rabu (22/10), dan Madrid menghajar Barcelona 3-1 di duel bertajuk "el clasico" (25/10).

Hanya saja, Benzema tidak bisa bekerja sendirian. Ia ditopang dan didukung oleh sesama rekan timnya agar dapat mencetak gol dalam dua laga bergengsi itu.

"Hampir semua pemain Madrid tampil bagus belakangan ini. Ronaldo, Isco, James Rodriguez, tapi harus diakui bahwa Benzema sedang dalam performa terbaiknya," kata pelatih Madrid, Carlo Ancelotti.

Yang obyektif yang dilakukan Benzema bersama rekan-rekannya di skuad Madrid lantas membawa kepada penegasan yang diutarakan Presiden Jokowi ketika berbicara mengenai cara bagaimana bekerja melayani rakyat.

Presiden Jokowi menginstruksikan kepada para menterinya agar menghilangkan ego sektoral antar kementerian dan langsung bergegas bekerja bagi  rakyat. Penegasan itu disampaikan Presiden sebelum memuali sidang kabinet perdana yang berlangsung sekitar 40 menit pada Senin (27/10).

Makna ketiga dari bekerja ala Jokowi dapat dirumus secara negatif, yakni menghapus ego sektoral. Dibahasakan dari artikulasi perjalanan Real Madrid, bahwa raihan Cristiano Ronald0 (CR7) dengan predikat "hattrick" di LFP Awards 2013/14 terwujud, karena seluruh punggawa Madrid menghapus ego sektoral.

Asa mengikis ego sektoral dalam diri sendiri mampu menghantar pemain Portugal itu menyabet tiga penghargaan sebagai pemain terbaik, penyerang terbaik, dan gol terbaik.

Penghargaan dari Federasi Sepak bola Spanyol (RFEF) kepada CR7 disebut-sebut bermuara dari gol indah yang dilesakkan oleh pemain Madrid itu.

Ya, gol merupakan hasil akhir dari sebuah pekerjaan. Gol merupakan tujuan dari jalinan kerjasama tim dengan racikan taktik menghadapi lawan.

Persis, di sinilah makna kempat dari bekerja, yakni merujuk kepada hasil obyektif untuk merespons apa yang menjadi keprihatinan rakyat secara aktual.

Yang aktual, Presiden Jokowi berada di Kabanjahe, Kabupaten Karo, Sumatera Utara, Rabu untuk mengunjungi pengungsi korban erupsi Sinabung.

Yang obyektif, Presiden akan menyerahkan bantuan kepada para pengungsi di beberapa titik lokasi, yakni Universitas Karo, Gereja Katolik, dan GBKP.

Keempat makna kerja itu akhirnya mengerucut kepada "blusukan" yang dilakukan Presiden Jokowi. Presiden menyambangi kantor Badan Koordinasi Penanaman Modal di Jakarta, Selasa. Aktivitas ini merupakan "blusukan" perdana Jokowi setelah dilantik menjadi presiden.

Kelima makna kerja ala Jokowi dalam cahaya terang prestasi dua punggawa Real Madrid itu, Benzema dan CR7, menekankan kepada intipati dari bekerja. Dengan bekerja, seseorang atau sekelompok orang menunjukkan siapa dirinya.

Mereka yang tidak dapat menunjukkan bukti obyektif dari hasil pekerjaannya, boleh jadi ia belum dapat disebut bekerja. Ia seakan-akan bekerja, karena seseorang yang menutup matanya, belum tentu ia tidak dapat melihat.

Jika seseorang mengatakan "saya ingin bekerja,...", tetapi  ia tidak dapat menunjukkan hasilnya, maka ia belum bekerja.

"Los Blancos", sebutan bagi Real Madrid, memeragakan hasil kerja aktual dalam diri Toni Kroos. Gelandang asal Jerman itu memiliki akurasi 94 persen dalam melepas operan, baik di ajang La Liga maupun di Liga Champions.

Kroos telah bekerja. Menurut statitistik, dalam 12 laga, di arena La Liga, ia mengoper bola secara akurat sebanyak 624 kali dan gagal sebanyak 44 kali. Ia dibaptis sebagai pemain dengan operan akurat terbanyak di La Liga musim ini. Di ajang Liga Champions, ia mengoper bola secara akurat sebanyak 44 kali.

Benzema, CR7, dan Kroos merupakan tiga punggawa Real Madrid yang gemilang menerjemahkan secara aktual apa itu bekerja segaris dengan lima makna bekerja ala Presiden Jokowi dengan dijiwai semangat kebersamaan dan kegotongroyongan.

Pepatah Latin klasik menulis "labor omnia vincit/improbus et duris urgens in rebus egestes", artinya bekerja tekun dan keras yang bertujuan untuk menekan kemiskinan dapat mengalahkan semuanya.

Dengan bekerja, seseorang atau sekelompok orang mengemban tugas etis, bahwa segala tindakan dan perilaku senantiasa tertuju kepada orang lain, bukan justru tertuju kepada diri sendiri.

Bobot etis dari bekerja, yang utama dan pertama, bertanggung jawab terhadap orang lain, bukan untuk kepentingan diri sendiri.

Boleh jadi, mereka yang seakan-akan bekerja dapat disebut dan ditakar sebagai "seakan-akan manusia", karena mereka yang disebut sebagai "seakan-akan manusia" justru tidak dapat merasakan deburan hawa sejuk yang dihembuskan dari mesin pendingin ruangan di gedung-gedung perkantoran baik swasta maupun pemerintah.

Benzema, CR7, dan Kroos berselebrasi dengan bersorak, gol...gol...gol! karena ketiga punggawa Real Madrid itu, bekerja...bekerja...bekerja!
(T.A024) 

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2014