... diprediksi kenaikan inflasi akan terjadi antara 2-3 bulan ke depan... "
Semarang (ANTARA News) - Ahli ekonomi dari Unika Soegijapranata, Ika Rahutami, di Semarang, Jumat, berharap agar kenaikan harga BBM bersubsidi tidak mengganggu harga pangan, karena akan merugikan masyarakat terutama golongan menengah ke bawah.

"Seharusnya besaran kenaikan harga BBM subsidi ini harus benar-benar tepat sehingga kalaupun berpengaruh terhadap harga pangan besarannya tidak seberapa," kata dia.

Pada sisi lain, dia berharap masyarakat bisa memahami jika pemerintah akhirnya benar-benar akan menaikkan harga BBM bersubsidi. Dia berargumen kondisi keuangan nasional yang berkembang belakangan ini.

"Subsidi BBM selama ini kurang efisien, bahkan karena terlalu tingginya angka subsidi berdampak pada rendahnya capaian penerimaan pendapatan negara," jelasnya.

Kenaikan harga BBM bersubsidi akan memicu kenaikan inflasi. Apalagi jika kenaikan harga BBM bersubsidi ini langsung diikuti kenaikan harga pangan yang terlalu tinggi.

"Kalau sampai terjadi kenaikan harga pangan yang terlalu tinggi maka besaran inflasi tidak akan terkendali, tetapi jika harga pangan tetap terkendali maka inflasi tinggi tidak terjadi lama atau sekitar dua bulan saja," jelasnya.

Menurutnya untuk menekan inflasi ini, penghapusan subsidi untuk BBM harus segera dialihkan ke sektor lain yang lebih produktif dan tepat sasaran.

Sementara itu untuk perkiraan inflasi sendiri bisa sampai 6,5 persen tetapi kemungkinan hanya berlangsung selama dua bulan. Setelah itu kondisi ekonomi akan membaik dan pengaruh kenaikan harga BBM tidak lagi terasa.

Oleh karena itu pihaknya berharap ada pengawasan yang ketat dari Pemerintah terkait kondisi harga pangan di pasaran pascakenaikan harga BBM subsidi.

Menurut dia, jika harga BBM dinaikkan dalam waktu dekat ini maka diprediksi kenaikan inflasi akan terjadi antara 2-3 bulan ke depan.

Pewarta: Aris Widiastuti
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2014