Jakarta (ANTARA News) - PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) membukukan kenaikan pandapatan bersih 14 persen menjadi 2,5 miliar dolar AS pada kuartal III 2014, setelah pada periode sama tahun lalu hanya 2,2 miliar dolar AS.

"Kenaikan pendapatan diperoleh dari peningkatan volume penjualan dari usaha distribusi sebesar 6,3 persen dibanding periode sama tahun sebelumnya dari 808 MMSCFD menjadi 859 MMSCFD. Sedangkan dari usaha transmisi, PGN dan anak usaha PT Transportasi Gas Indonesia mengalirkan gas sebesar 864 MMSCFD dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yaitu 867 MMSCFD," kata Direktur Utama PGN Hendi Prio Santoso dalam siaran pers di Jakarta, Jumat.

Ia menambahkan bahwa dari sisi beban pokok pendapatan, kenaikan harga beli gas dari pemasok mulai 1 April 2013 lalu mempengaruhi kenaikan beban pokok pendapatan pada periode 30 September 2014 sebesar 22 persen menjadi 1,4 miliar dolar AS, dibanding periode sama tahun sebelumnya sebesar 1,2 miliar dolar AS.

Untuk laba bersih, lanjut dia, kondisi ekonomi global mempengaruhi kinerja laba bersih perusahaan periode 30 September 2014. PGN membukukan laba bersih sebesar 591,8 juta dolar AS pada periode 30 September 2014,  turun dari periode sama tahun sebelumnya 641,6 juta dolar AS.

Dalam bisnis gas bumi, PGN melalui anak usaha, PT Saka Energi Indonesia (SEI), pada awal 2014 mengakuisisi 75 persen hak partisipasi di Blok Pangkah sehingga kepemilikannya menjadi 100 persen.

Pada tanggal 15 Juli 2014, lanjut dia, SEI juga meyelesaikan transaksi akuisisi working interest sebesar 36 persen termasuk carry di blok shale gas Fasken wilayah Eagle Ford, Houston-Texas, Amerika Serikat milik Swift Energy Company senilai 175 juta dolar AS.

"Hal itu memberikan kontribusi pendapatan dari usaha di bidang hulu sebesar 219,4 juta dolar AS," katanya.

Dalam percepatan konversi BBM ke BBG, Hendi Prio Santoso mengatakan bahwa pihaknya akan menjadi yang terdepan baik di sektor industri, UKM, transportasi dan rumah tangga.

"Konversi BBM ke gas bumi mendesak untuk dilakukan karena ketergantungan pada minyak bumi yang mahal dan impor akan membuat rapuh ketahanan energi kita," katanya.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2014