Cuma memang S1 yang khusus belum ada, tapi kita sedang menuju ke sana, tapi masih kesulitan untuk mencari profesor di bidang fashion
Jakarta (ANTARA News) - Meskipun awalnya dipandang sebelah mata, namun Maria Tinche, marketing dan event manager ESMOD Jakarta, mengatakan saat ini orang tua lebih terbuka untuk menyekolahkan anak-anaknya di sekolah fashion design.

"Orang tua pengennya anaknya punya title, bergelar sarjana, kadang agak susah meyakinkannya, tapi sekarang sekitar 75 persen orang tua sudah mulai terbuka," katanya usai konferensi pers fashion show alumni ESMOD Jakarta dalam Jakarta Fashion Week, Minggu.

ESMOD Jakarta sendiri merupakan sekolah fashion design bertaraf internasional cabang dari Paris yang telah memiliki 23 cabang di seluruh dunia.

"Sebenarnya kita (ESMOD Jakarta) itu D4, kalau kita hitung kredit kuliahnya sudah 160, sudah sama dengan S1 karena kalau kita melanjutkan satu tahun ke ESMOD Paris atau ESMOD Jerman langsung mendapatkan master, S2-nya," kata Maria.

"Cuma memang S1 yang khusus belum ada, tapi kita sedang menuju ke sana, tapi masih kesulitan untuk mencari profesor di bidang fashion," lanjutnya.

Setelah lulus, Maria mengatakan, ESMOD Jakarta tidak melepas alumninya begitu saja. ESMOD Jakarta selalui mengikut sertakan alumni-alumninya dalam berbagai festival fashion, termasuk Jakarta Fashion Week 2015.

Untuk keenam kalinya ESMOD Jakarta ikut berpartisipasi dalam rangkaian acara Jakarta Fashion Week 2015.

Dalam acara yang telah berlangsung selama tujuh tahun ini, ESMOD menghadirkan enam alumni yang menampilkan ciri khas masing-masing dalam setiap rancangan mereka yakni Albert Yanuar, Nobis Pacem, Eridani, Evelyn Francisca, Imelda Kartini dan KLE.

Enam designer muda tersebut menonjolkan karakter serta ciri khas mereka, seperti Eridani, alumni ESMOD Jakarta tahun 2011, dengan karyanya Elevation yang mengambil tema yang terinspirasi dari energi yang terdapat dalam meditasi menjadi inspirasi dalam ekspresi.

"Sebenarnya koleksi ini biasa saja, koleksi ini berteriak dalam kediaman, tapi akan terlihat dramatis kalau bergerak," ujar Eridani.

Lain halnya dengan Gula By Nobis Pacem yang mengangkat tema Gula berarti throat atau tenggorokan dalam bahasa latin.

"Kita bisa terlahir di tengah keluarga berada, sedang-sedang saja ataupun tidak punya, namun kita bebas memilih mau jadi apa. Disinilah letak proses gonta-ganti topeng kita," kata Nobis Pacem.

"Dengan karya ini saya berharap orang-orang tidak hanya melihat fashion yang terlihat glamour dari luar, tapi lebih mencoba melihat proses didalamnya," tambahnya.

Pewarta: Arindra Meodia
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2014