Pekanbaru (ANTARA News) - Satelit NOAA 18 milik Amerika Serikat yang dioperasikan Singapura merekam kemunculan 382 titik panas (hotspot) di daratan Pulau Sumatera dan 27 di antaranya berada di Provinsi Riau.

Menurut Pusat Data dan Informasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Riau yang diterima, Senin malam, untuk 27 titik panas di Riau tersebar di empat wilayah kabupaten.

Terbanyak menurut data tersebut berada di wilayah Kabupaten Indragiri Hilir, yakni 17 titik dan di Pelalawan ada enam titik, kemudian di Indragiri Hulu sebanyak tiga titik serta terakhir di Rokan Hilir ada satu "hotspot".

Berbeda dengan hasil pantauan Satelit Modis Terra dan Aqua, dimana pada hari yang sama pukul 17.10 WIB hanya merekam kemunculan tiga titik panas, dua di Pelalawan dan hanya satu di Kabupaten Kepulauan Meranti.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Riau, Said Saqlul Amri mengatakan, sejauh ini pihaknya bersama tim satuan tugas penanggulangan bencana kabut asap masih terus siaga.

Upaya yang dilakukan sejauh ini, yakni pemadaman dengan "water bombing" kemudian melakukan pemantauan secara terus menerus lewat udara dan darat.

Aparat Kepolisian Daerah Provinsi Riau juga membantu dalam mencegah terjadinya kebakaran hutan dan lahan di Riau dengan membekali pengetahuan untuk ratusan Badan Pembinaan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Babinkamtibmas) dari berbagai wilayah kabupaten dan kota.

"Ada banyak cara untuk mencegah karhutla, salah satunya adalah pendekatan kultur atau dengan kearifan lokal di masing-masing wilayah kabupaten dan kota," kata Brigjen Dolly Bambang Hermawan.

Kapolda mengatakan, kearifan tradisional yang berbentuk keyakinan, pemahaman atau wawasan serta adat kebiasaan atau etika yang menuntun perilaku manusia dalam kehidupan di dalam komunitas ekologis adalah langkah jitu untuk mengatasi persoalan karhutla. 

Pewarta: Fazar Muhardi
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2014