Buntok, Kalteng (ANTARA News) - Sebanyak tujuh titik panas kembali terpantau satelit National Oceanic Atmospheric Administration-18 (NOAA-18) di Kabupaten Barito Selatan, Kalimantan Tengah, pada Oktober 2014.

"Jumlah hotspot yang terpantau tersebut tersebar di tiga kecamatan di wilayah Barsel," kata Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) Barsel, Krisnadi di Buntok, Senin.

Ia menjelaskan, untuk jumlah "hotspot" yang terpantau pada bulan Oktober 2014 jauh lebih sedikit jika dibandingkan jumlah yang terpantau pada September sebanyak 20 titik.

"Meskipun demikian, akibat adanya titik api yang terpantau pada bulan Oktober lalu, kota Buntok dan sekitarnya kembali diselimuti kabut asap tebal yang terjadi dalam dua hari terakhir ini," kata Krisnadi.

Ia menjelaskan, untuk jumlah hotspot yang terpantau pada bulan Oktober 2014 di kecamatan Gunung Bintang Awai sebanyak dua titik dan di kecamatan Dusun Selatan satu titik.

"Untuk di kecamatan Jenamas terpantau sebanyak empat titik panas," kata dia.

Ia mengatakan, pada tanggal 20 September pihaknya bekerjasama dengan Manggala Agni, BPBD, pemadam kebakaran setempat beserta masyarakat melakukan pemadaman kebakaran lahan dan hutan di desa Pararapak kecamatan Dusun Selatan.

"Pada tanggal 25 September kita bersama Manggala Agni, BPBD, pemadam kebakaran ditambah dengan aparat kepolisian dan kecamatan kembali turun melakukan pemadaman api," katanya.

Sementara pada 7 sampai 10 Oktober lalu pihaknya juga membuat camp di dekat Sungai Parigi Kecamatan Dusun Selatan untuk melakukan pemadaman kebakaran lahan dan hutan di sepanjang jalan negara sampai perbatasan kabupaten Kapuas.

"Sedangkan untuk jumlah lahan dan hutan yang terbakar dari bulan Agustus hingga akhir bulan Oktober 2014 lalu seluas 216, 25 hektar," ungkap Krisnadi.

Kebakaran lahan dan hutan tersebut diantaranya terjadi di km 22 Jalan MTU desa Muara Arai, kecamatan Karau Kuala serta di desa Madara, Mangaris, Pamait, Kalahien, Parigi dan Pararapak kecamatan Dusun Selatan.  (*)

Pewarta: Bayu Ilmiawan
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014