Jakarta (ANTARA News) - Wakil Presiden Jusuf Kalla menegaskan bahwa subsidi bahan bakar minyak banyak disalahgunakan serta diselundupkan sehingga tidak memberikan pembelajaran positif bagi masyarakat.

"Adanya subsidi BBM malah banyak disalahgunakan. Misalnya banyak nelayan yang membeli solar bersubsidi tapi malah dijual ke industri karena harga beli murah tapi bisa dijual lebih mahal," kata Jusuf Kalla saat menutup Rapat Koordinasi Nasional Kabinet Kerja yang dihadiri sejumlah menteri, Kapolri, serta seluruh gubernur, di Jakarta, Selasa.

Wapres menyesalkan sikap sejumlah nelayan yang bisa membeli solar bersubsidi tapi bukan untuk bahan bakar kapalnya, namun justru dijual.

Jusuf Kalla mengatakan pemerintah sebenarnya berharap subsidi solar bagi nelayan bisa meningkatkan produktivitas hasil penangkapan ikan.

"Tapi ini yang terjadi pembelian solar bersubsidi meningkat tapi produktivitas ikan malah turun. Karena nelayan banyak yang tak menangkap ikan mengingat solarnya justru dijual, katanya.

Jusuf Kalla mengatakan, pemerintah sudah memberikan subsidi nelayan cukup besar kepada nelayan, yaitu tiga kali lipat dibanding sektor lainnya, dengan harapan nelayan bisa meningkatkan produktivitas.

Mengingat masyarakat menghabiskan subsidi BBM sebanyak Rp1 triliun per hari maka dari pada menghabiskan uang sebesar itu tanpa hasil, maka lebih baik dialihkan ke sektor produksi.

"Kondisi seperti itu tentunya harus dijaga pelaksanaannya di daerah serta memperbaiki struktur yang baik di pusat dan daerah," katanya.

Wapres mengatakan, gubernur sebaiknya bisa mengubah beberapa perilaku yang bisa bermanfaat bagi perekonomian, seperti dengan penghematan energi.

"Saya minta agar mesin pendingin ruangan tidak lebih dari 25 derajat celcius. Sekarang ini mesin pendingin ada yang 16 derajat celcius," katanya.

Penggunaan pakaian seperti jas dalam setiap acara, kata Jusuf Kalla, juga menyebabkan mesin pendingin suhu dipasang dalam posisi di bawah 25 derajat celcius. "Coba kalau pakai pakaian batik maka suhu 25 derajat celcius sudah terasa dingin," kata wapres.

Pewarta: Ahmad Wijaya
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2014