Lumajang (ANTARA News) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, mencatat luas lahan hutan yang terbakar di lereng Gunung Semeru mencapai sekitar 717 hektare.

"Ratusan hektare hutan yang terbakar itu meliputi wilayah hutan milik Perhutani dan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS)," kata Sekretaris BPBD Lumajang Purwanto, Jumat.

Menurut dia, kebakaran hutan tersebut berlangsung selama musim kemarau dan terakhir kebakaran terjadi di kawasan Desa Oro-oro Ombo, Kecamatan Pronojiwo pada akhir Oktober hingga awal November 2014.

"Alhamdulillah api berhasil dipadamkan atas kerja sama semua pihak, namun hutan yang terbakar cukup luas yakni 717 ha dengan rincian hutan milik Perhutani seluas 242,5 ha dan kawasan TNBTS mencapai sekitar 475 ha," tuturnya.

Tidak ada korban jiwa dalam kebakaran hutan di lereng gunung tertinggi Pulau Jawa tersebut, namun sebagian flora dan fauna mati.

Untuk itu, kata dia, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Perhutani, Dinas Kehutanan dan TNBTS pascakebakaran tersebut, agar kejadian itu tidak terulang kembali.

"Untuk menghindari matinya sumber mata air dan bencana longsor karena terbakarnya ribuan pohon dan menyebabkan kawasan hutan gundul, maka kami berharap segera dilakukan gerakan penanaman pohon kembali atau reboisasi," paparnya.

Sementara Kepala Balai Besar TNBTS Ayu Dewi Utari mengatakan kawasan hutan TNBTS di lereng Gunung Semeru yang terbakar sekitar 300 ha.

"Terakhir kebakaran terjadi di jalur pendakian, tepatnya di kawasan Ranu Kumbolo dan Watu Rejeng pada 24 Oktober 2014," tuturnya.

Ia menjelaskan kebakaran di Ranu Kumbolo mencapai 15 ha dan di Watu Rejeng seluas 4 ha akibat kelalaian pendaki yang tidak mematikan api unggun dengan sempurna.

"Kami sudah melarang pendaki membuat api unggun di jalur pendakian karena cuaca yang cukup panas dan angin kencang selama musim kemarau dapat memicu api cepat membesar, namun hal tersebut diabaikan," keluhnya.
(KR-ZUM)




Pewarta: Zumrotun Solichah
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2014