Jakarta (ANTARA News) - Tiga halte Bus Transjakarta akan terintegrasi dengan stasiun kereta api mulai 2015 mendatang untuk lebih mempermudah mobilitas penumpang.

Direktur Utama PT Transportasi Jakarta (Transjakarta) Antonius Kosasih dalam dialog yang bertajuk "Saatnya Pemerintah Mendengar Publik untuk Pembangunan Insfrastruktur Transportasi" di Jakarta, Jumat menyebutkan halte yang akan terintegrasi, yakni Halte Juanda dengan Stasiun Kereta Api Juanda, Halte Dukuh Atas dengan Stasiun Sudirman dan Halte Cawang dengan Stasiun Cawang.

"Kita sedang buat sekarang karena itu harus memotong ke dalam stasiun, kita kerja sama dengan KAI dalam hal ini," katanya.

Kosasih mengaku meniru konsep di Guangzhou, Tiongkok untuk mengintegrasikan kedua moda transportasi yang paling banyak digunakan masyarakat itu.

Dia menyebutkan nilai investasi untuk satu pembangunan hal terintegrasi hingga Rp6 miliar yang murni pembiayaannya dari Transjakarta, sementara KAI hanya memfasilitasi soal izin.

"Satu halte itu sekitar Rp2-3 miliar, tapi untuk halte yang naik ke atas, seperti Juanda bisa Rp5-6 miliar," katanya.

Dia menjelaskan penumpang kereta api atau kereta commuter line tidak perlu lagi menggunakan moda transportasi ojek atau taksi untuk pergi ke tempat tujuan.

Selain itu, dengan menggunakan tiket elektronik (e-ticket), penumpang bisa menggunakan satu kartu tiket tersebut untuk dua moda, yakni kereta api dan transjakarta.

Dalam kesempatan yang sama, Humas PT Kereta Commuter Jabodetabek (KCJ) Eva Khairunnisa mengatakan pengintegrasian kedua moda tersebut merupakan salah satu peningkatan pelayanan terhadap pelanggan.

"Pelanggan bisa menjangkau busway (bus Transjakarta) dengan mudah, ini merupakan peningkatan pelayanan bagi pengguna jasa sektor transportasi publik," katanya.

Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan Sugiharjo mendukung upaya pengintegrasian stasiun dah halte karena merupakan bagian dari restrukturisasi transportasi.

"Kenapa ojek banyak sekali, karena untuk menyambung dari stasiun ke tempat tujuan, kita masih butuh moda transportasi lagi. Jarak antara halte ke stasiun atau sebaliknya itu tidak dalam toleransi untuk jalan kaki," katanya.

Dia mencotohkan seperti di Brisbane stasiun KA yang terintegrasi dengan terminal BUS, di dalam negeri sendiri, di antaranya dermaga bus air -halte trans, rambu petunjuk arah dari halte integrasi Palembang dan rambu petunjuk arah di kawasan Bandara Adisucipto-Yogyakarta.

Hal yang sama juga disampaikan Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia Danang Parikesit yang menyarankan baik pemerintah pusat maupun daerah untuk mendorong penyelenggaraan inovasi-inovasi transportasi, baik itu infrastruktur maupun regulasi.

"Pemerintahan Jokowi-Jk yang inklusif dan partisipasif serta menteri dengan kemampuannya itu, kita harus bisa memanfaatkan untuk mendorong ke ranah sektor publik, agar masyarakat bisa sejahtera dari Sabang sampai Merauke," katanya.

Pewarta: Juwita Trisna Rahayu
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2014