Kita mempunyai 50 persen lebih dari 500-an pemimpin (kepala daerah) yang menjadi pasien KPK karena itu kita perlu pemimpin 'gila'"
Surabaya (ANTARA News) - Ketua KPK Abraham Samad menegaskan Indonesia memerlukan pemimpin "gila" yang dekat dengan rakyatnya, memikirkan kesejahteraan rakyatnya, dan memimpin dengan hati atau berkarakter (satu dalam kata dan perbuatan).

"Kita mempunyai 50 persen lebih dari 500-an pemimpin (kepala daerah) yang menjadi pasien KPK karena itu kita perlu pemimpin 'gila' yang aneh untuk ukuran Indonesia saat ini," katanya di hadapan seribuan peserta Kongres Pelajar Nusantara di Surabaya, Senin.

Dia menjelaskan pemimpin "gila" itu adalah pemimpin yang tidak berjarak dari rakyatnya.

"Pejabat sekarang cenderung menjaga jarak atau sulit bertemu dengan rakyat yang dipimpinnya sendiri, tapi kita mempunya pemimpin gila seperti Jokowi (Presiden Joko Widodo), Risma (Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini), dan semacamnya," katanya.

Menurut dia, pemimpin "gila" juga selalu memikirkan kesejahteraan rakyatnya, bahkan mereka tidak akan hidup mewah bila rakyatnya belum sejahtera.  "Pemimpin gila juga selalu mewujudkan kata dalam perbuatan," kata Abraham.

Ditanya seorang pelajar Kalimantan tentang pemimpin korup tapi bisa terpilih lagi dalam Pilkada langsung, ia mengatakan itu terjadi karena perilaku korup sudah dianggap biasa di Indonesia.

KPK sendiri, menurut dia, memperluas perhatian dari penindakan kasus korupsi menuju pencegahan kasus-kasus korupsi. "Caranya, kita lakukan perbaikan sistem dan pendidikan antikorupsi mulai dari PAUD dengan dongeng hingga universitas," katanya.

Dalam kesempatan itu, Abraham Samad menyebut sembilan nilai-nilai antikorupsi yakni kejujuran, kepedulian, kemandirian, kedisiplinan, tanggung jawab, kerja keras, sederhana, keberanian, dan keadilan.

"Karena itu, kalau adik-adik masih suka menyontek atau berbohong, maka hal itu harus diakhiri, karena kalau diteruskan akan bisa menumbuhkan perilaku koruptif," katanya dalam kongres yang juga dihadiri guru bangsa Buya Syafii Maarif itu.




Pewarta: Edy M Ya`kub
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2014