Muscat (ANTARA News) - Kesepakatan nuklir antara Iran dan Amerika Serikat (AS) masih menggantung setelah pejabat kedua negara mengakhiri perundingan di Oman pada Senin dengan tanda-tanda tawar menawar masih akan berlanjut sampai tenggat 24 November.

Dalam dua hari terkahir Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry dan Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif berusaha mengatasi perbedaan-perbedaan mendalam, menghilangkan rasa saling curiga dan membawa spekulasi politik membahayakan ke titik terobosan.

Masing-masing pihak menyampaikan tuntutan secara tertutup, namun dalam satu-satunya pernyataan publik mereka dalam lebih dari 10 jam lebih pembicaraan, keduanya tidak mengungkap apa yang belum selesai dalam perundingan jangka panjang untuk mencapai kesepakatan komprehensif itu. 

Saat ditanya jika mereka membuat kemajuan, saat mereka muncul sebentar untuk para juru foro, Zarif hanya menjawab, "Kami akan mencapainya."

Sementara Kerry mengatakan: "Kami bekerja keras. Kami bekerja keras".

Setelah perundingan berakhir pada Senin, Departemen Luar Negeri Amerika Serikat menyatakan bahwa negoisasi berlangsung dengan "alot, langsung, dan serius" dan menambahkan bahwa "masih ada waktu" untuk kemajuan.

Sementara Wakil Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi mengatakan "tidak ada kemajuan" dalam dua hari terakhir perundingan.

"Kami tidak bisa lagi bicara kemajuan perundingan, namun kami optimistis dapat mencapai kesepakatan sebelum 24 November," kata Araghchi kepada kantor berita ISNA.

Delegasi Iran berada dalam tekanan untuk mengupayakan pencabutan segera seluruh sanksi Amerika Serikat, Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Eropa di bawah kesepakatan yang baru.

Kendati demikian Presiden Amerika Serikat Barack Obama mengatakan bahwa sanksi hanya akan "dikurangi perlahan" jika Teheran memenuhi kewajibannya.

Faktor kunci yang masih sulit dilakukan adalah menyangkut jumlah dan jenis sentrifuse pengayaan uranium yang diperbolehkan untuk Iran sebagai ganti pembebasan sanksi dan inspeksi lokasi nuklirnya.

Iran membantah berusaha membuat bom dan mengatakan program nuklirnya ditujukan untuk memproduksi energi atom guna mengurangi ketergantungan negara itu pada bahan bakar fosil dan membutuhkan peningkatan kemampuan untuk memperkaya uranium dalam beberapa tahun mendatang.

Beberapa analis mengatakan satu kesepakatan mungkin sudah sulit untuk dicapai.

"Kesepakatan penuh sudah tidak mungkin lagi sebelum tenggah. Yang masih bisa dicapai adalah terobosan yang bisa membenarkan penambahan lebih banyak waktu," kata Ali Vaez, analis senior Iran di International Crisis Group kepada kantor berita AFP.

Perundingan nuklis antara kedua pihak sudah pernah diperpanjang sekali, ketika tenggat 20 Juli terlewati. Meski pembicaraan buntu, kedua pihak tidak mengindikasikan akan meninggalkan meja perundingan.
   

Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2014