Jakarta (ANTARA News) - Soal baca-tulis, dunia pendidikan Indonesia sangat tertinggal.

Sejak Indonesia merdeka, tradisi dua kegiatan penting itu tak tampak.

Penyebabnya, kurikulum dan pengajaran bahasa dan sastra di sekolah kurang memberikan perhatian yang besar pada aktivitas baca-tulis.

Sastrawan Taufiq Ismail mengatakan, salah satu cara mengejar ketertinggalan itu dapat dilakukan melalui penyelenggaraan Lomba Menulis Cerita (LMC).

Menurut dia, melalui kegiatan ini akan muncul tradisi membaca dan menulis di kalangan siswa.

“Saya berharap, kegiatan ini terus-menerus dilakukan agar tradisi membaca dan menulis di sekolah-sekolah kita mulai dari tingkat paling bawah dapat tertanam dengan kukuh,” ujarnya pada pembukaan LMC di Bogor, Jawa Barat, awal pekan ini.

Taufiq mengatakan, kegiatan ini juga dapat untuk mengejar ketertinggalan di dunia pendidikan dalam masalah membaca buku dan menulis.

“Saya bersyukur Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) dalam beberapa tahun terakhir konsisten menyelenggarakan LMC bagi siswa SD/MI dan SMP/MTs,” ujarnya.

Pada tahun ini Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Kemdikbud kembali menggelar LMC tingkat nasional.

Naskah yang masuk ke meja panitia sebanyak 3.134 naskah, terdiri atas 1.205 naskah LMC SD/MI dan 1.929 naskah SMP/MTs.

Pada seleksi tahap pertama, dewan juri meloloskan 74 naskah LMC SD/MI dan 98 naskah LMC/MTs.

Kemudian, pada tahap kedua, dipilih masing-masing 15 naskah terbaik untuk maju sebagai finalis.

Ke-30 finalis ini kemudian diundang untuk mengikuti workshop dan penjurian di Hotel Rizen Premiere, Bogor, Jawa Barat, pada 10-14 November 2014.

Di sini mereka akan berhadapan langsung dengan dewan juri dalam sesi wawancara.

Selain wawancara, peserta juga akan mengerjakan penugasan mandiri, presentasi, dan perbaikan naskah.(Kemdikbud/PIH)


Editor: Copywriter
Copyright © ANTARA 2014