Naypyidaw, Myanmar (ANTARA News) - KTT ASEAN akan menjadi pertemuan para pemimpin ASEAN terakhir pada 2014 dan sekaligus pertemuan terakhir sebelum kursi kepempimpinan beralih dari Myanmar ke Malaysia, tulis harian Thailand, Bangkok Post.

Dan ini adalah lima pokok bahasan utama yang mungkin dibicarakan KTT ASEAN, menurut Bangkok Post:

1. Akankah Tiongkok dan ASEAN akhirnya berhenti berkonflik di Laut Tiongkok Selatan?
Beijing dan ASEAN pada Oktober lalu sudah menyepakati pembentukan saluran hotline untuk menangani masalah darurat kemaritiman, namun menurut para analis, "Code of Conduct" di Laut Tiongkok Selatan kemungkinan belum akan ditandatangani.  Tiongkok sendiri menginginkan soal ini dirundingkan secara bilateral, bukan di tingkat ASEAN-Tiongkok.

2. Seberapa besar sebenarnya antusiasme untuk integrasi ekonomi kawasan (MEA)?
Kesepuluh negara anggota ASEAN telah menandatangani integrasi ekonomi kawasan pada 2007 untuk dirampungkan akhir 2015. Namun karena beberapa negara anggota jauh lebih kaya dibandingan negara lainnya, ada ketakutan arus perpindahan manusia ke negara-negara anggota yang lebih miskin.
"Beberapa hal akan mengganjal, tapi 90 persen dari rencana akan rampung sampai 2015," kata pemimpin redaksi Asean Affairs Magazine, Swarup Roy.

3. Apakah ASEAN akan mendorong diri menjadi pasar bersama seperti Uni Eropa, setelah 2015?
Sektor swasta dan para ekonom telah menyerukan integrasi yang lebih luas baik secara ekonomi maupun pada bidang-bidang seperti energi dan infrastuktur setelah 2015, namun aspirasi pasar bersama seperti Uni Eropa sepertinya tidak akan disepakati di Naypyidaw.

4. Apakah ASEAN akan mengambil langkah-langkah baru dalam memerangi perdagangan manusia?
Perdagangan seks, perbudakan dan penyelundupan manusia adalah masalah utama di Asia Tenggara. AS menempatkan Thailand, Malaysia, Myanmar, Laos dan Kamboja sebagai negara-negara terburuk di dunia dalam soal ini. Dan untuk pertama kalinya, ASEAN akan mendikusikan Rencana Aksi Kawasan (Regional Plan of Action) yang diharapkan ditandatangani sebelum akhir tahun ini.

5. Apakah Presiden AS Barack Obama akan menekan Myanmar agar Aung San Suu Kyi diizinkan mengikuti Pemilu Myanmar?
Obama mendukung reformasi Myanmar dan secara terbuka maupun rahasia mendorong Suu Kyi diperbolehkan mengikuti Pemilihan Presiden, tetapi saat ini tidak bisa karena konstitusi negara ini melarangnya karena dia mempunyai (mendiang) suami orang asing.
Oktober lalu Obama menyeru Presiden Myanmar Thein Sein untuk membahas isu namun militer di sana mempunyai hak veto atas reformasi konstitusi.





Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2014