Jakarta (ANTARA News) - Sejumlah ekonom memperkirakan neraca defisit transaksi berjalan akan membaik pada kuartal IV 2014, dan secara tahunan akan lebih rendah dibandingkan defisit pada 2013 sebesar 3,3 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).

Ekonom DBS Research Group Gundy Cahyadi di Jakarta, Jumat, memperkirakan kenaikan harga bahan bakar minyak (bersubsidi) akan sedikit menurunkan besaran defisit pada neraca transaksi berjalan, yang pada kuartal III sebesar 3,07 persen atau 6,8 miliar dolar AS.

"Akan turun di transaksi berjalan, namun saya kira hingga akhir tahun defisit mungkin di tiga persen," ujarnya.

Namun di sisi neraca modal, Gundy mengingatkan perlu diperhatikan implikasi dana keluar (capital outflow) yang dapat semakin besar, karena belum ada data ekonomi makro Indonesia yang menunjukkan sentimen positif.

Tidak adanya sentimen positif itu, kata Gundy, karena data pertumbuhan ekonomi kuartal III Indonesia sebesar 5,01 persen, yang tidak sesuai ekspektasi, dan juga ketidak-pastian kenaikan harga BBM.

"Data kuartal III cukup mengecewakan, pertumbuhan investasi juga rendah. Dikhawatirkan dapat jadi indikator negatif untuk tahun depan," ujarnya.

Secara terpisah, Ekonom Universitas Gadjah Mada Tony Prasetiantono memperkirakan defisit transaksi berjalan tahun ini dapat hanya 25 miliar dollar AS, turun dari angka tahun lalu di 29,1 miliar (3,3 persen dari PDB). Besaran tersebut sudah termasuk perhitungan dari dampak yang terjadi akibat kenaikan harga BBM.

Seperti diketahui, konsumsi BBM yang tinggi telah meningkatkan impor minyak olahan yang terus naik, dan menyebabkan semakin melebarnya defisit pada neraca perdagangan migas.

Otoritas moneter atau Bank Indonesia menyatakan optimistis neraca transaksi berjalan akan membaik pada akhir tahun. Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara mengatakan pemulihan ekonomi global akan sangat membantu kinerja ekspor, sementara jumlah impor akan tertahan seiring perekonomian Indonesia yang sedang mengalami moderasi.

Di sisi neraca modal, Tirta yakin aliran masuk modal asing diperkirakan masih berlanjut meskipun dengan intensitas yang menurun.

"Pada Oktober 2014, perilaku investor yang menunggu rencana kerja pemerintahan baru dan faktor eksternal terkait normalisasi kebijakan the Fed telah mendorong investor asing untuk membukukan net jual pada instrumen saham, namun masih menambah kepemilikannya atas instrumen SUN dan SBI," ujar dia.

Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014