Jenewa (ANTARA News) - Kelompok Negara Islam (IS) melakukan kejahatan perang serta kejahatan terhadap kemanusiaan dalam skala besar di wilayah-wilayah yang dikuasainya di Suriah, kata para penyelidik dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Jumat.

Dalam laporan pertamanya yang dipusatkan pada aksi-aksi yang dilancarkan kelompok IS, Komisi Penyelidik PBB tentang Suriah menyampaikan gambaran mengerikan mengenai kehidupan seperti apa yang ada di wilayah-wilayah yang dikendalikan para pejihad, termasuk pembunuhan massal, pemenggalan kepala, penyiksaan, perbudakan seks serta pemaksaan kehamilan.

"Para pemimpin ISIS bertindak dengan sengaja, melakukan kejahatan-kejahatan perang ini serta kejahatan terhadap kemanusiaan dengan niat yang jelas, yaitu menyerang orang-orang sipil atau mereka yang bukan petempur," kata laporan itu, dengan menggunakan singkatan lain untuk menyebut IS.

"Mereka bertanggung jawab atas kejahatan-kejahatan ini," kata laporan.

Laporan itu mendesak agar para pelaku kejahatan diadili, misalnya oleh Pengadilan Kejahatan Internasional.

Berdasarkan wawancara lebih dari 300 kali terhadap orang-orang yang telah meninggalkan wilayah-wilayah yang dikuasai para pejihad serta gambar-gambar foto dan video yang dikeluarkan oleh kelompok IS sendiri, laporan itu melukiskan gambaran mengerikan tentang situasi kehidupan dibawah kekuasaan IS.

Kelompok IS, yang telah menyatakan "kekhalifahan" Islamis di sebuah wilayah yang membentang di Irak utara dan Suriah timur, berupaya untuk "menaklukkan warga sipil di bawah kendalinya dan menguasai semua aspek kehidupan mereka melalui teror, indoktrinasi," kata laporan tersebut.

Pembunuhan massal, pemenggalan kepala terhadap pemuda-pemuda hingga seumur 15 tahun, pemotongan dan penyerangan di tempat-tempat umum sehingga para warga setempat --termasuk anak-anak-- terpaksa menyaksikannya, masuk dalam daftar kejahatan.

Daftar itu juga memuat kejahatan berupa penggunaan anak-anak sebagai tentara, pelemparan batu hingga tewas terhadap perempuan-perempuan yang dicurigai berzinah, penyekapan perempuan-perempuan sebagai budak seks serta pemaksaan agar mereka melahirkan anak-anak para petempur, demikian AFP.

(Uu.T008)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014