Kupang, NTT (ANTARA News) - Hasil penelitian PT Cheetham Salt Indonesia membuktikan Mbay di Kabupaten Nagekeo, Nusa Teggara Timur menjadi lokasi terbaik dari sekian banyak lokasi yang sudah diteliti untuk pengembangan garam industri di Indonesia.

"Jadi pertimbangan kami memilih Mbay menjadi prioritas pengembangan karena lahan yang tersedia cukup luas, air laut dan curah hujan yang siginifikan untuk mendukungan usaha itu," kata Presiden Direktur PT Cheetham Salt Indonesia, Arthur Tanjujaya, di Kupang, Minggu.

Sementara di lokasi lain, seperti di Teluk Kupang, Kabupaten Kupang, unsur lahan dan air laut mendukupi kecuali curah hujan hanya paling tinggi pada periode Desember-Maret setiap tahun, sehingga masih dilihat perkembangan iklim yang setiap tahun terus berubah-ubah.

Menurut dia, PT Cheetham Salt Indonesia sudah empat tahun dua bulan hadir di Nagekeo. Namun, yang menjadi kendala serius adalah masalah pembebasan lahan untuk menjadi lokasi pengembangan potensi itu.

Dia menjelaskan, pihaknya membutuhkan lahan sekitar 1000 hetare guna mengembangkan garam industri, karena selama ini pemenuhan garam Industri di Indonesia didatangkan dari Australia, 2 juta ton per tahun.

"Jika kepastian lahan di Mbay sudah clear, kami sudah siap mengembangkan tambak dan industri garam dengan produksi awal 250.000 ton per tahun, sehingga bisa mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap garam impor," ujarnya.

Pewarta: Hironimus Bifel
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2014