Jika dia pergi karena jengkel, maka tunggulah pertempuran di Ukraina bisa makin menjadi-jadi"
Moskow (ANTARA News) - Kepulangan lebih dini Presiden Rusia Vladimir Putin dari KTT G20 di Australia setelah sambutan dingin dunia Barat bakal makin memanaskan hubungan Rusia-Barat dan memicu pertempuran baru di Ukraina, kata para analis seperti dikutip AFP.

Para pemimpin Barat kompak menekan Putin pada KTT 20 di Brisbane, di antaranya Perdana Menteri Australia Tony Abbott yang menagih Putin untuk "menebus" ditembak jatuhnya Malaysia Airlines MH17 di Ukraina timur dan Perdana Menteri Inggris David Cameron yang mengatai Putin "penggertak".

Para analis mengatakan kemarahan Putin yang tergambar jelas akibat perlakuan dari para pemimpin Barat kepadanya itu dapat memperburuk krisis di Ukraina.

"Jika dia pergi karena jengkel, maka tunggulah pertempuran di Ukraina bisa makin menjadi-jadi," kata analis independen Stanislav Belkovsky kepada AFP.

Putin yang selalu membanggakan stamina tubuhnya itu malah mengaku perlu tidur dan penerbangan jauh balik ke negerinya, sebagai alasan meninggalkan KTT G20 sebelum komunike final diumumkan.

Di  Brisbane, para pemimpin Barat mengancam Putin dengan sanksi baru jika pertempuran di Ukraina berlanjut.

Tabloid  Australia The Courier-Mail menyebut Putin sebagai "kambing hitam keluarga G20," sedangkan media Rusia mengeluhkan sikap para pemimpin Barat yang telah memisahkan Putin dari G20.

"Di G20 tuan rumah Australia mempermalukan Vladimir Putin dengan berbagai cara," tulis majalah pro-Kremlin "Expert".

Disebut majalah Forbes sebagai "orang paling berkuasa di dunia" dan didukung 80 persen rakyatnya, Putin tiba di Australia dengan balutan krisis armada angkatan laut Rusia yang dipermasalahkan Australia.

Dia dan Barat tidak berusaha mencapai terobosan dalam masalah Ukraina. Dalam beberapa tahun belakangan Putin telah mencuri perhatian pada berbagai pertemuan internasional dengan menempatkan diri sebagai pihak luar dari KTT G8.

Namun hengkangnya dia dari Brisbane membawa ketegangan kepada level baru.

Para analis memperkirakan para pemimpin Barat akan semakin keras mengkritik kebijakan Kremlin dan kepergian tiba-tiba Putin menandakan kedua pihak tak berniat menyurutkan ketegangan antar mereka.

Fyodor Lukyanov, kepala Dewan Kebijakan Luar Negeri dan Pertahanan Kremlin, memperingatkan Barat bahwa kritik malah bisa memaksa Putin memperkeras posisi politiknya.

"Kami menyaksikan radikalisasi yang lebih dalam dari posisi sejumlah negara Barat, yang pertama dan utama adalah Amerika Utara dan Australia yang menjadi tuan rumah KTT," kata Lukyanov seperti dikutip AFP.



Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2014