Dua harga tersebut diprediksi berdasarkan laju inflasi dan pertumbuhan ekonomi Indonesia,"
Jakarta (ANTARA News) - Pengamat ekonomi Ryan Kiryanto mengatakan kebijakan penaikan harga BBM ada dua kemungkinan, yaitu pada harga Rp2.000 dan Rp3.000 per liter.

"Dua harga tersebut diprediksi berdasarkan laju inflasi dan pertumbuhan ekonomi Indonesia," kata Ryan Kiryanto yang juga menjabat sebagai Kepala Ekonom BNI di Jakarta, Senin.

Pertimbangannya adalah jika pada angka Rp2.000 maka inflasi akan bertambah 2,11 persen, tetapi GDP atau pertumbuhan ekonomi meningkat pada angka 0,06 persen.

Sedangkan jika harga BBM meningkat di angka Rp3.000 per liter, maka inflasi akan bertambah 3,16 persen, namun GDP bertambah menjadi 0,15 persen.

Dengan adanya pertimbangan harga ini diharapkan realokasi subsidi bisa dialihkan pada infrastruktur yang bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional.

"Setiap hari kita membeli bahan bakar (impor) dari luar sekitar harga 150 juta dolar AS per hari untuk memenuhi keperluan BBM negara," ujarnya.

Ia menjelaskan jika negara bisa membangun infrastruktur pengolahan minyak, maka negara bisa menghemat ratusan juta dolar AS per hari.

"Prospek kenaikan semoga bisa membuat sisi energi alternatif lain bisa tumbuh berkembang," ujar Ryan.

Ia menambahkan, skenario penaikan BBM Rp3.000 per liter pada bulan November bisa menghemat Rp141 triliun pada 2015.

Pewarta: Afut Syafril
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014