Rintik hujan tak menghentikan siswa-siswi kelas tiga dan empat Sekolah Dasar Thariq Bin Ziyad bermain perepet jengkol, babalonan sarung, gasing, bedil jepret, dan permainan tradisional lain di kawasan Bukit Dago Utara, Bandung, Senin siang (17/11).
   
Di antara para siswa yang bermain di tempat permainan tradisional Komunitas Hong itu ada murid kelas empat Rizky Ramadhan, yang mengaku belum pernah memainkan permainan tradisional sebelumnya.

"Senang main gerobak sorong, aku belum pernah memainkan permainan ini," katanya.

Usai bermain, mereka semua diajari melakukan salam sabrang.

"Ayo semua ikutin kakak yaa, ini berguna untuk melatih otak kiri dan otak kanan, kerja sama dan fokus," kata instruktur lokakarya permainan tradisional Komunitas Hong, Kudrat Firmanysah.

Sambil menyanyikan lagu Ampar-Ampar Pisang diiiringi suara petikan dawai kecapi, pukulan gendang dan gesekan biola, mereka berdiri berhadapan dan bertepuk tangan lalu menepukkan tangan ke tangan teman yang ada di depannya.


Konsisten

Komunitas Hong, yang dibentuk oleh Mohammad Zaini Alif pada 2005, konsisten memperkenalkan dan melestarikan permainan tradisional, yang makin jarang dimainkan setelah permainan berteknologi tinggi berkembang dan lahan untuk bermain kian terbatas.

Selain pada hari kerja, komunitas itu juga menerima kunjungan umum pada Sabtu dan Minggu pukul 10.00 sampai 16.00 WIB.

Para pengunjung tidak hanya diajak bermain tetapi juga akan diajari membuat mainan tradisional seperti wayang, burung-burungan, kris, dan pendang-pedangan dari bilah bambu.

"Hampir seluruh permainan yang dimainkan di Komunitas Hong ini sudah jarang bahkan tidak dimainkan lagi oleh masyarakat kita," kata Kudrat.

Ia lantas menjelaskan bahwa permainan tradisional punya banyak manfaat dan mengandung filosofi kehidupan.
   
"Seperti permainan bedil, pemain dilatih untuk fokus menembak sasarannya dan ini dapat berguna saat mereka di sekolah. Karena sering sekali anak-anak tidak fokus pada pelajaran," katanya.

Para guru, ia mengatakan, bisa menggunakan permainan tradisional untuk membangun karakter siswa selama kegiatan belajar mengajar.

"Misalnya setelah saat di dalam kelas murid terlihat jenuh, guru dapat mengajak murid untuk bermain salam sabrang sehingga mereka kembali semangat dan juga melatih kemampuan otak," katanya.

Selain sekolah, ia mengatakan, orangtua juga sebaiknya memperkenalkan permainan tradisional kepada anak-anak untuk menumbuhkan kreatifitas dan melatih kerja sama.

Oleh Aubrey Kandelila Fanani
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2014