Jakarta (ANTARA News) - Militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) memamerkan bentuk propaganda baru saat merilis video pemenggalan secara simultan 15 warga Suriah, bersamaan dengan rilis video pemenggalan pekerja sosial Amerika Serikat Abdul-Rahman Kassig dua hari lalu.  Di antara belasan algojo yang memenggal 15 warga Suriah ini terlihat seorang pria wajah Asia Tenggara, lapor The Guardian.

Dalam berbagai foto yang tersebar di internet, 15 algojo ISIS berseragam kamuflase gurun itu berdiri di belakang15 warga Suriah yang diantaranya tentara pemerintah Suriah yang akan mereka penggal secara simultan. Video ini membuat para pemimpin dunia marah dan muak atas aksi brutal nan sadistis terbaru dari ISIS ini.

Koran Inggris The Guardian melaporkan, tidak seperti pada video-video ISIS sebelumnya, wajah ke-15 algojo ISIS pemenggal ini sama sekali tidak ditutupi apa pun.

Kamera satu per satu menyorot muka para pengeksekusi ini yang semunya berwajah non Suriah dan Irak.  Beberapa diantaranya diyakini oleh komunitas dinas intelijen Barat, berasal dari Inggris, Prancis dan wilayah lain di Eropa.

Salah satu dari mereka dikenali sebagai pria Prancis bernama Maxime Hauchard dan mahasiswa asal Cardiff, Inggris, bernama Nasser Muthana.

"Di samping diarahkan ke orang-orang Arab yang berada di barisan maut, kamera juga menyorot orang-orang yang bentuk tubuhnya terlihat seperti orang Asia Tengah, Asia timur laut yang berbeda dari bentuk fisik orang Irak atau Suriah," kata Robert MacFadden, mantan agen khusus dari Dinas Penyelidikan Kriminal Angkata Laut yang kini bekerja pada lembaga konsultan Soufan Group.

Dengan mempertontonkan wajah-wajah asing non Suriah dan Irak, ISIS ingin menunjukkan bahwa mereka adalah organisasi jihad yang sah yang mendapat dukungan orang-orang seluruh dunia yang dengan suka hati berperan serta dalam jihad mereka, kata MacFadden.

"Mereka punya orang Inggris, Prancis, Asia Selatan, Asia Tenggara, semua tanpa berpenutup muka.  Mereka berusaha langsung merebut hati umat muslim seluruh dunia," kata dia seperti dikutip The Guardian, menjelaskan motif lain dari diedarkannya video dan foto eksekusi brutal itu.

Menurut laporan Dewan Keamanan PBB, saat ini sekitar 15.000 petempur asing dari 80 negara telah pergi ke Irak dan Suriah untuk bergabung dengan kelompok-kelompok militan seperti ISIS.

Menurut dia ISIS ingin menegaskan bahwa mereka bahkan telah melewati reputasi Alqaeda.  "Gerombolan mereka, para pemuda dari seluruh dunia. ISIS ingin mempertegas bahwa inilah Negara Islam, Khilafah," kata MacFadden seperti dikutip The Guardian.





Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2014