Jakarta (ANTARA News) - Sejumlah guru besar dan akademisi dari berbagai universitas di Asia termasuk Indonesia bertemu membahas peran perguruan tinggi dalam mempromosikan bisnis, program dan proyek pengembangan masyarakat berkelanjutan, dan mencari solusi atas masalah-masalah yang muncul.

The 5th PRME Regional Forum Asia bertema "Transforming Higher Education for Sustainable Community Development" yang diselenggarakan di Kuala Lumpur pada 12-14 November 2014 menjadi ajang tukar-menukar pandangan di antara peserta dan bertujuan untuk mempromosikan dan mengadopsi Prinsip-prinsip bagi Pendidikan Manajemen yang Bertanggung Jawab (PRME) dan UN Global Compact oleh perguruan tinggi, universitas dan masyarakat madani di Asia.

Prinsip-prinsip PRME terdiri atas maksud, nilai, metode, riset, kemitraan dan dialog yang merupakan kerangka panduan bagi pengembangan manajer masa depan yang bertanggung jawab, relevan dan dapat dipercaya.

Usaha-usaha mengembangkan manajer bertanggung jawab untuk dunia yang lebih baik harus dilakukan secara sistematis melalui pendidikan dan integrasi pengetahuan baru dan praktik-praktik manajemen terbaik dan juga pengembangan budaya pertanggungjawaban sosial perusahaan (CSR).

Forum itu menyediakan ladasan bagi sekolah-sekolah bisnis dan manajemen, bisnis, pembuat kebijakan, pemerintah, dan lembaga swadaya masyarakat dan menemukan solusi mengenai bagaimana sekolah-sekolah bisnis dapat memainkan peran menonjol dalam memberi sumbangan bagi pengembangan masyarakat berkelanjutan.

"Forum ini tepat waktunya diselenggarakan karena masalah-masalah dan tantangan-tantangan yang kita hadapi banyak dan beragam," kata Prof. Dr. Mohamed Mustafa Ishak, wakil rektor Universiti Utara Malaysia dalam kata sambutannya.

Masalah dan tantangan yang dihadapi masyarakat dunia antara lain pemanasan global, degradasi lingkungan hidup, kemiskinan, krisis ekonomi dan keuangan akibat korupsi, skandal di perusahaan dan penyelewengan.

Prof. Ishak menyatakan masalah-masalah yang dihadapi tersebut mungkin berasal dari kegagalan institusi-institusi pendidikan mendidik secara benar para mahasiswa sebelum mereka terjun ke masyarakat.

Forum itu menitikberatkan pada bagaimana sekolah bisnis dapat bertransformasi dengan membuat kurikulum berdasarkan PRME supaya memberi sumbangan terbaik bagi pengembangan komunitas dengan menciptakan manajer-manajer dan pemimpin masa depan yang sadar akan kesejahteraan komunitas.


Tidak fokus pada Keuntungan


Prof. Dr. K. Kuperan Viswanathan dari Othman Yeop Abdullah Graduate School of Business (OYAGSB), UUM, mengatakan dunia perguruan tinggi menyadari perannya dalam menghasilkan para lulusan agar tidak hanya mementingkan keuntungan semata ketika mereka berada di dunia kerja tetapi juga memberikan sumbangani dalam bentuk proyek atau program berkelanjutan bagi masyarakat.

"Dilihat dari sejarahnya, usaha-usaha ke arah itu telah dirintis sekitar 10 tahun lalu dan telah menjadi hal yang mendesak untuk menghasilkan para manajer yang bertanggung jawab di masa depan," kata dia.

Dalam pandangan Direktur Jenderal Departemen Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan Malaysia, Prof. Dr. Asma Ismail, manajer yang dihasilkan harus memiliki karakter, moral dan berakhlak.

"Mereka dibutuhkan untuk secara kolektif menciptakan perubahan dan pengembangan komunitas yang berkelanjutan," kata dia.

Menurut Prof. Asma, para lulusan perguruan tinggi terutama dari institusi pendidikan bisnis hendaknya melakukan program atau proyek yang melibatkan komunitas, tidak sekadar memberi layanan kepada komunitas.

"Dengarlah apa kata orang-orang dan lakukan program yang didorong oleh kebutuhan masyarakat bukan oleh pasar," kata dia.

Sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku, perguruan tinggi di Indonesia diwajibkan menyelenggarakan Tridharma Perguruan Tinggi yang terdiri atas tiga pilar yaitu : 1. Pendidikan dan Pengajaran 2. Penelitian dan Pengembangan dan 3. Pengabdian kepada Masyarakat.

Tridharma ini bukan hanya menjadi tanggung jawab mahasiswa. Seluruh dosen (pendidik), serta orang - orang yang terlibat dalam proses pembelajaran (sivitas akademika) memiliki tanggung jawab yang sama.

Ketiga faktor ini erat hubungannya sebab penelitian harus menjunjung tinggi kedua dharma yang lain.

Penelitian diperlukan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan penerapan teknologi.

Untuk dapat melakukan penelitian diperlukan adanya tenaga-tenaga ahli yang dihasilkan melalui proses pendidikan.

Ilmu pengetahuan yang dikembangkan sebagai hasil pendidikan dan penelitian itu hendaknya diterapkan melalui pengabdian pada masyarakat sehingga masyarakat dapat memanfaatkan dan menikmati kemajuan-kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut.

"Sejauh ini perguruan tinggi telah melaksanakan Tridharma namun masih sebatas pada tahap layanan pada komunitas," kata Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjadjaran, Bandung, Dr. Nury Effendi SE, MA.

Dia mengatakan ke depan pengabdian kepada masyarakat harus diberikan pada penekanan lebih mendalam yang memungkinkan mahasiswa dapat memberikan solusi kepada komunitas dan mengembangkan secara berkelanjutan.

Oleh mohammad anthoni
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2014