Tentu perdamaian tidak dapat dicapai dengan berdiskusi, sekiranya perdamaian dapat dibuat dengan konferensi mari kita bikin konferensi maka dunia aman, ternyata makin banyak konferensi makin banyak juga konflik,"
Jakarta (ANTARA News) - Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan berbagai konferensi tidak bisa menyelesaikan konflik, kecuali adanya aksi nyata untuk meredam dan mencegahnya.

"Tentu perdamaian tidak dapat dicapai dengan berdiskusi, sekiranya perdamaian dapat dibuat dengan konferensi mari kita bikin konferensi maka dunia aman, ternyata makin banyak konferensi makin banyak juga konflik," kata Wapres saat membuka Forum Perdamaian Dunia ke-5 di Jakarta, Kamis malam.

Menurut Wapres, tanpa aksi nyata dalam mewujudkan perdamaian, maka konferensi yang digelar tidak akan bermanfaat untuk menyelesaikan konflik. Untuk itu, menurut dia, perlu aksi nyata sehingga konferensi menjadi bahan yang berguna untuk penyelesaian konflik.

Wapres menambahkan, dalam setiap konferensi seringkali orang lupa, bahwa lebih penting untuk tidak membuat konflik dibandingkan dengan meredam konflik.

"Justru sangat penting bagaimana tidak membuat konflik," katanya.

Menurut Wapres, konflik lebih banyak disebabkan karena ketidakadilan, baik ketidakadilan ekonomi, politik, sosial, maupun ketidakadilan antardaerah.

Bercermin dari Indonesia, menurut Wapres, sejak merdeka hingga sekarang terdapat belasan konflik yang mengakibatkan korban hingga seribu lebih.

"Sepuluh di antaranya karena ketidakadilan, baik ekonomi, ketidakadilan politik, ketidakadilan antardaerah. Hanya lima yang berlatar belakan ideologi (tata nilai)," kata Wapres.

Forum Perdamaian Dunia ke-5 diikuti lebih dari 100 partisipan dari berbagai negara, baik agamawan, politisi, pengusaha, pengambil kebijakan, aktivis dan para pemangku kepentingan yang peduli akan resolusi konflik.

"Acara ini memang dirancang sebagai ajang silaturahmi, tukar menukar pengalaman di antara para pegiat perdamaian," kata Ketua Umum PP Muhammadiyah Dien Syamsuddin saat memberikan sambutan dalam acara tersebut.

Pewarta: Muhammad Arief Iskandar
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014