Jakarta (ANTARA News) - Ketua DPP Partai Golkar Priyo Budi Santoso diperkirakan akan bersaing ketat dengan ketua umum "incumbent" Aburizal Bakrie untuk menduduki kursi ketua umum selama lima tahun ke depan pada musyawarah nasional (Munas) IX Partai Golkar.

"Saya memperkirakan, Priyo dan Aburizal akan bersaing ketat pada Munas mendatang, karena keduanya sama-sama mendapat dukungan yang tinggi dari para pemilik suara," kata Ketua Umum (Ketum) Satkar Ulama (salah satu sayap Partai Golkar) Ali Yahya, melalui pernyataan tertulisnya di Jakarta, Jumat.

Munas IX Partai Golkar dijadwalkan diselenggarakan di Bandung, pada 30 Nopember hingga 3 Desember 2014.

Ada sebanyak 544 suara resmi pada Munas IX Partai Golkar yakni dari DPP satu suara, DPD I 34 suara, DPD II 502 suara, serta Hasta Karya (Ormas mendidikan dan Ormas didirikan Partai Golkar) 10 suara.

Menurut Ali Yahya, sebelumnya Aburizal maupun Priyo sudah menunjukkan surat dukungan resmi dari para pemilik suara yang berhasil mereka kumpulkan.

Aburizal menyatakan sudah mendapat surat resmi dukungan sebanyak 460 suara, sedangkan Priyo Budi Santoso juga sudah menunjukkan surat dukungan resmi bertanda-tangan ketua dan sekretaris DPD II Partai Golkar pendukungnya, 380 suara.

Calon ketua umum lainnya, yakni HR Agung Laksono sudah menunjukkan surat dukungan resmi sebanyak 285 suara, serta Agus Gumiwang Kartasasmita mengklaim telah mendapat dukungan 175 suara.

"Dengan dukungan suara tersebut, hingga saat ini Aburizal dan Priyo mendapat dukungan yang sama-sama tinggi sehingga diperkirakan akan bersaing ketat," katanya.

Menurut Ali Yahya, sekalipun semua ketua DPD I Partai Golkar menyatakan dukungannya kepada Aburizal, tapi peluang para para calon ketua lainnya tetap terbuka

Hal ini, kata dia, karena pemilik suara riil dalam Munas IX Partai Golkar bukan hanya DPD I, tetapi DPD II Golkar yang jumlahnya sekitar 500 suara, sedangkan suara DPD I hanya 34 suara.

"Apalagi dalam politik itu sangat dinamis dan dapat berubah dengan cepat," katanya.

Ali Yahya menjelaskan, jika situasi saat ini A, maka dalam waktu 10 hari mendatang mungkin menjadi B.

"Politik tidak seperti matematika yang satu ditambah satu hasilnya selalu dua," kata Ali Yahya.

Dengan adanya percepatan pelaksanaan Munas, Ali Yahya mengakui, waktu konsolidasi dari calon-calon ketua umum semakin sempit.

Dengan perkembangan tersebut, kata dia, kemungkinan bisa saja calon-calon ketua umum berkoalisi dan jumlahnya mengerucut.

Ali Yahya menjelaskan, jika sebelumnya ada lebih dari tujuh bakal calon ketua umum, maka persaingan akan mengerucut ke calon yang saat ini sudah mendapatkan dukungan tertulis dari pemilik suara.

"Sekarang bisa dilihat kalau jumlah dukungan terbanyak diperoleh Aburizal dan Priyo Budi Santoso," katanya.

Sementara itu, juru bicara Partai Golkar Tantowi Yahya mengatakan, ada desakan dari beberapa DPD I yang meminta Aburizal Bakrie agar menyatakan diri siap untuk maju.

"Saat ini baru muncul nama Pak Ical, nama-nama lainnya yang beredar di media massa belum memastikan akan maju," katanya.

Menurut Tantowi, nama-nama yang muncul sebagai kandidat, seperti Priyo Budi Santoso, Agung Laksono, dan tokoh muda lainnya, juga masih memiliki peluang untuk menang.

"Pak Priyo bagus dan punya pasukan sendiri, juga pak Agung dan lainnya. Jadi, semua punya kesempatan," ujarnya.

Sementara itu, Priyo Budi Santoso menyatakan, tidak takut dengan adanya percepatan dan pelaksanaan Munas IX Partai Golkar yang dijadwalkan diselenggarakan di Bandung, pada 30 Nopember hingga 3 Desember 2014.

Wakil Ketua DPR RI periode 2009-2014 ini opitimistis bisa berkompetisi dengan Aburizal.

"Dukungan dari pemilik suara kepada saya solid. Saya yakin para pemilik suara dalam Munas akan menggunakan hati nuraninya dan berpikir rasional bagi kejayaan Partai Golkar di masa mendatang," ungkapnya.

Priyo juga meyakini para pemilik suara di Munas IX tidak ingin mengalami kegagalan-kegagalan lagi seperti dalam Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden 2014.

Apalagi, kata dia, tantangan Partai Golkar semakin berat karena pemilu legislatif dan pemilu presiden pada 2019 akan diselenggarakan secara serentak, sehingga dibutuhkan figur yang segar, energik, dan diterima publik.

"Bukan figur yang justru membebani Partai Golkar," kata Priyo.

Pewarta: Riza Harahap
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2014