Yangon (ANTARA News) - Presiden Myanmar Thein Sein membantah kabar bahwa minoritas muslim Rohingya menghindari penyiksaan di provinsi Rakhine dan berkata kepada Voice of America Burma bahwa laporan media itu direkayasa.

Menurut Projek Arakan yang menggambarkan migrasi melintasi Teluk Bengala, sekitar 100 ribu warga Rohingya meninggalkan Rakhine sejak 2012. Bentrokan dengan etnis Rakhine penganut Buddha pada 2012 menewaskan ratusan orang dan 140 ribu lainnya kehilangan tempat tinggal yang sebagian besar warga Rohingya.

Beberapa warga Rohingya, seperti dilaporkan Reuters pada 2013, ditawan geng penyelundup untuk mendapatkan tebusan di kamp-kamp dalam hutan di Thailand, sampai keluarga membayar tebusan untuk pembebasan mereka.

Keprihatinan internasional dilebih-lebihkan, kata Thein Sein kepada VOA di Nyapyitaw, ibu kota Myanmar. "Ini hanya cerita media bahwa manusia perahu lari menghindari penyiksaan."

Dia mengatakan banyak orang yang ingin tinggal di Myanmar "karena masih banyak ruang kosong, banyak tempat untuk tinggal dan bekerja."

"Beberapa orang menuliskan hal-hal negatif dengan niat buruk," katanya. "Organisasi-organisasi internasional turut membantu mereka."

Komentar Thein Sein ini merefleksikan sikap pemerintah dalam soal nasib 1,1 juta warga Rohingya, namun penegasannya bertentangan dengan media lokal dan internasional serta LSM internasional, demikian Reuters.

(S022/M016)



Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2014