Beijing (ANTARA News) - Direktur Utama Perusahaan Umum Produksi Film Negara (Perum PFN) Shelvy Arifin ingin perusahaan yang dipimpinnya semakin bangkit dan berlari kencang, sejak perusahaan itu mati suri selama sepuluh tahun.

"Setelah sepuluh tahun mati suri, PFN telah bangkit dengan film dokumenternya Biji Kopi Indonesia pada tahun lalu," ungkap perempuan lulusan Universitas Indonesia (UI) itu di Beijing, Sabtu.

Ia mengemukakan, pada 1970 hingga 1980-an PFN merupakan perusahaan film Indonesia yang cukup produktif, bahkan memiliki laboratorium film terbesar di Asia Tenggara.

"Mengapa kita tidak mencoba membangkitkannya dan menjadikannya lebih besar," ujar Shelvy, yang memimpin PFN sejak 2013.

Oleh karena itu, PFN bekerja sama dengan perusahaan film asing, seperti Ocean Century Pictures (OCP) Tiongkok.

"Sekarang, saya ingin menjadikan PFN berlari kencang dengan memproduksi sebuah film dengan perusahaan film asing, seperti Ocean Century Pictures (OCP) Tiongkok," tuturnya.

Shelvy, yang sempat terlibat dalam produksi film animasi "Timun Emas", mengemukakan bahwa kerja sama dengan perusahaan film asal kota Chongqing itu menandai bangkitnya PFN bekerja sama dengan perusahaan asing.

"Ini bentuk langkah saya untuk PFN semakin bangkit dan berlari kencang, tanpa menghilangkan jati diri PFN sebagai perusahaan film plat merah," ujar.

Wanita berhijab itu mengemukakan, PFN akan tetap mempertahankan jati dirinya, yang tetap menampilkan nilai-nilai kebangsaan dan nasionalisme, meski kini PFN juga berupaya untuk melakukan langkah komersial untuk setiap produksi filmnya yang bertemakan ke-Indonesia-an.

Dalam film ber-genre komedi dengan OCP Tiongkok, menurut dia, selain melibatkan insan film Indonesia dan Tiongkok, lokasi syuting sebagian besar akan dilakukan di Bali, setelah Beijing dan Chongqing.

"Ini merupakan sarana untuk lebih mengangkat Indonesia, mengangkat destinasi wisata Indonesia, dan mempererat hubungan baik antara masyarakat Indonesia dan Tiongkok," katanya.

Ia pun menambahkan, "Saya juga ingin memantapkan sinergi dengan seluruh BUMN untuk saling bekerja sama, saling memajukan, termasuk memajukan PFN agar semakin bangkit dan berlari kencang."

PFN adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berawal dari perusahaan Java Pacific Film (JPF)  didirikan Albert Balink di Batavia (Jakarta) pada 1934, kemudian menjadi Algemeene Nederlands Indiesche Film (ANIF), dan masa penjajahan Jepang (1942-1945) menjadi Nippon Eiga Sha, serta berubah menjadi Berita Film Indonesia, kemudian Perusahaan Film Negara (PFN) sejak 1975.

Produksi awal PFN semasa bernama JPF adalah "Pareh" (1935), dan filmnya yang hingga kini masih ada walau diproduksi pihak swasta adalah boneka "Si Unyil" yang diproduksi PFN pada 1981.

Pewarta: Rini Utami
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2014