Berdasarkan hasil foto satelit udara untuk saat ini dan bahkan beberapa hari ke depan, wilayah NTT dilanda hujan yang turun secara sporadis karena suhu permukaan laut masih hangat pada kisaran 30-31 derajat celcius,"
Kupang (ANTARA News) - Hujan yang turun secara sporadis atau tidak merata masih terus berlangsung di Nusa Tenggara Timur dan diperkirakan terjadi untuk beberapa pekan ke depan, sehingga petani jangan terjebak untuk menanam.

"Berdasarkan hasil foto satelit udara untuk saat ini dan bahkan beberapa hari ke depan, wilayah NTT dilanda hujan yang turun secara sporadis karena suhu permukaan laut masih hangat pada kisaran 30-31 derajat celcius," kata Kepala Seksi Observasi dan Informasi, Stasiun Meteorologi, El Tari Kupang, Saiful Hadi, di Kupang, Minggu.

Menurut dia, hangatnya permukaan laut tersebut mengakibatkan tingkat penguapan air ke atmosfer sangat tinggi dengan potensi pembentukan awan hujan sangat tinggi, sehingga harus diturunkan kembali ke bumi lewat hujan yang sifatnya tidak merata.

Kondisi cuaca seperti ini katanya berpeluang terjadi di Kota Kupang, Amfoang di Kabupaten Kupang dan Kabupaten Timor Tengah Selatan, Kalabahi Kabupaten Alor, Larantuka Kabupaten Flores Timur, Ruteng Kabupaten Manggarai, Labuan Bajo Kabupaten Manggarai Barat dan kota-kota lainnya di NTT.

Dia menambahkan, saat ini cuaca berawan dan sesewaktu berganti cerah nampak terlihat di Kota dan Kabupaten Kupang Kota Maumere Kabupaten Sikka dan Labuan Bajo, Kabupaen Manggarai Barat.

Hal ini merupakan awan konvektif atau awan yang bergerak dengan dasar-dasar rendah yang sesewaktu berbentuk tebal dan berganti gelap sehingga sesewaktu terjadi hujan yang sifatnya sporadis atau hujan sesaat lalu lewat dan berganti dengan suhu panas.

"Cuaca seperti ini terjadi karena pada wilayah-wilayah tersebut kelembaban berkisar antara 40-60 persen dari normalnya antara 55 hingga 90 persen dengan temparatur udara seperti di Ruteng pada kisaran 15-26 derajat celcius dari normalnya 25-30 derajad celcius," katanya.

Ia mengimbau para nelayan dan pilot untuk mewaspadai awan konvektif yang berpeluang mengganggu pemandangan dalam melakukan pelayaran, baik itu pelayaran komersial maupun untuk kepentingan penangkapan ikan.

Selain itu perlu diwaspadai pula potensi hujan lebat yang di sertai kilat/petir dan angin kencang berdurasi singkat terutama di wilayah tersebut, katanya

Sedangkan untuk para petani, hujan sporadis seperti tidak terlalu berdampak terhadap tanaman, kecuali mengganggu aktivitas pada saat sedang menyiapkan lahan atau aktivitas lainnya.

Dia menjelaskan, wilayah Indonesia termasuk NTT adalah negara kepulauan yang terletak di antara dua benua yaitu Benua Asia dan Benua Australia, serta berada diantara dua samudera yaitu Samudra Hindia dan Samudra Pasifik.

Letak geografis Indonesia tersebut mempunyai pengaruh terhadap perubahan angin Asia dan angin Australia yang selalu berganti arah dua kali selama setahun.

Hal ini, katanya terjadi karena mengikuti pergeseran matahari ke arah utara/selatan garis khatulistiwa.

Sehingga wilayah Indonesia mengenal dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Perubahan musim kemarau ke musim hujan atau sebaliknya disebut masa peralihan antar musim atau lebih dikenal dengan musim pancaroba.

Pada musim pancaroba katanya cuaca di wilayah Indonesia terkadang tak mudah di prediksi. Sebab pada musim pancaroba kerap terjadi cuaca ekstrim, seperti; hujan badai, hujan es, petir, angin kencang, angin puting beliung, banjir dan longsor serta gelombang laut yang tinggi.

Kejadian cuaca ekstrim ini katanya terjadi di hampir seluruh Indonsia selama bulan-bulan musim peralihan. Kejadian cuaca ekstrim pada musim pancaroba yang paling banyak adalah bencana angin puting beliung. Musim pancaroba biasanya suhu udara berubah menjadi lebih panas dan gerah, disertai datangnya angin kencang, terjadinya awan gelap yang relative singkat serta hujan deras (kadang-kadang ada hujan butiran es).

Pewarta: Hironimus B
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2014