Hanoi (ANTARA News) - Bagi Alfred Riedl, bukan Indonesia tapi Vietnam yang disebutnya seperti kampung halaman keduanya karena begitu banyak kenangan berkesan selama hampir 10 tahun menjadi pelatih tim nasional negara tersebut.

Namun ketika ia datang lagi ke Vietnam sebagai pelatih tim nasional Indonesia untuk pertandingan Piala AFF 22-28 November ini, pria asal Austria itu tetap menunjukkan profesionalitasnya dengan dedikasi total untuk tim Merah Putih.

"Saya banyak kenangan di Vietnam ini, negara ini seperti kampung kedua bagi saya. Tapi di Piala AFF ini saya bertekad membawa tim Indonesia dapat memenangi setiap pertandingan," kata Riedl kepada sejumlah wartawan Vietnam saat konferensi pers menjelang pembukaan turnamen itu di Hanoi akhir pekan lalu.

Setidaknya sikap profesional Riedl itu sudah dibuktikan ketika tim Indonesia akhirnya mampu memaksa Vietnam bermain imbang 2-2 pada pertandingan pertama Sabtu. Hasil yang membuat publik Vietnam kecewa.

Serius, jarang tersenyum apalagi tertawa, demikian gambaran umum yang terlihat dari seorang Alfred Riedl.

Ekspresi tersebut terlihat baik saat memimpin latihan maupun berada di pinggir lapangan melihat tim asuhannya bertanding.

Misalnya ketika pertandingan pertama di Piala AFF melawan tuan rumah Vietnam Sabtu lalu.

Tidak terlihat ekspresi yang meledak-ledak saat Zulham Zamrun dan Syamsul Arif mencetak gol-gol balasan yang menyelamatkan timnya dari kekalahan.

Demikian juga ketika timnya kebobolan oleh gol cepat pemain Vietnam dalam pertandingan penting tersebut. Ia tidak memasang wajah sedih atau pun kesal yang berlebihan, kecuali garis-garis kerut dikeningnya yang makin kentara.

Pria kelahiran Wina, Austria, 2 November 1949 itu memulai karirnya di sepak bola sebagai pemain depan untuk klub FK Austria Wien tahun 1967.

Empat tahun di klub negara asalnya, Riedl kemudian pindah Belgia untuk berkiprah di sejumlah klub ternama seperti Royal Antwerp dan Standard Liege.

Ia juga sempat empat kali memperkuat tim nasional Austria paruh kedua tahun 70-an.

Selain itu Belgia, Riedl juga sempat bermain di liga Prancis sebelum menggantung sepatu dan beralih menjadi pelatih.

Awalnya sebagai pelatih tim nasional Austria tahun 1990-1991, hanya berlangsung satu tahun.

Ia pun bergerilya ke klub-klub dan kemudian sempat menangani tim nasional negara kecil Eropa Liechtenstein.

Dari Eropa tahun 1998 Riedl mulai berkiprah di Asia Tenggara. Dia membina tim Vietnam dan ikut berperan mengangkat prestasi negara tersebut menjadi tim yang cukup disegani khususnya di Asia Tenggara.

Riedl cukup lama berada di Vietnam, sekitar sembilan tahun, sehingga ia cukup dikenal oleh kalangan pemain dan pembina sepak bola di sana.

"Saya banyak kenalan di Vietnam, tiap saya kesana mereka selalu menyambut saya," kata Riedl.

Tampaknya kawasan Asia Tenggara cukup cocok baginya. Tahun 2009 ia dikontrak oleh federasi sepak bola Laos yang saat itu akan menjadi tuan rumah SEA Games.

Laos yang semula tidak diperhitungkan, tiba-tiba muncul menjadi kekuatan baru sepak bola Asia Tenggara.

Bahkan tim Indonesia kalah 0-2 oleh Laos. Kekalahan yang tidak pernah diperkirakan sebelumnya mengingat Laos sebelumnya lebih sering menjadi "lumbung gol" bagi tim-tim kuat Asia Tenggara.

"Tangan dingin" Riedl cukup menarik bagi PSSI untuk mengontraknya pada 2010 dengan sasaran menjadi juara Piala AFF.

Rield sempat membuat sejumlah keputusan berani dengan memasukkan beberapa pemain naturalisasi seperti Cristian Gonzales dan Irfan Bachdim. Sementara pemain-pemain langganan timnas seperti Ismet Sofyan dan Ponaryo Astama justru tidak masuk dalam skuat pilihan Riedl.

Indonesia pada 2010 nyaris saja menjadi juara kalau saja tidak kalah agregat dari Malaysia di babak final.

Meskipun demikian setidaknya Riedl ketika itu sudah mampu membangkitkan rasa optimisme masyarakat sepak bola Indonesia untuk memiliki sebuah tim nasional yang kembali disegani di tingkat Asia Tenggara.

Nyatanya setelah tidak ditangani Riedl , pada Piala AFF 2012 tidak bisa mengulang prestasi dua tahun sebelumnya.

Waktu sempit

Kini Riedl, didampingi asisten Wolfgang Pical dan Widodo C. Putro mendapat tugas berat yakni bisa mebawah tim nasional Indoneia meraih juara Piala AFF untuk pertama kalinya.

"Semua tim ingin menang, tim saya pun demikian meskipun lawan-lawan di Piala AFF nanti sangat berat," kata Riedl.

Menghadapi Piala AFF yang berlangsung 22-28 November itu, Riedl sempat menemui kendala yakni banyaknya pemain yang belum dapat bergabung karena kompetisi Liga Super Indonesia baru berakhir pada 7 November.

Namun sebagai pelatih berpengalaman, Riedl terlihat sudah biasa dengan situasi seperti itu.

Dengan cepat ia menyeleksi pemain, mencoret pemain yang cedera atau tidak punya prospek masuk tim ini, sebelum akhirnya terbentuk skuat inti.

"Terlalu banyak pemain dalam pelatnas justru bisa mengurangi kualitas latihan, apalagi waktu kami sangat sempit," kata Riedl ketika ditanya kenapa pemain Persib Ferdinand Sinaga dan Toni Sucipto tidak masuk tim nasional.

Cara kerja Riedl juga dipuji oleh Sergio van Dijk, salah satu striker tim nasional untuk Piala AFF.

"Saya bisa lihat cara melatihnya coach hampir sama seperti para pelatih Eropa," kata Sergio.

Pemain naturalisasi asal Belanda itu juga merasa cocok dan tidak terlalu sulit mengikuti program-program dari Riedl.

Demikian juga bagi pemain termuda di timnas, Evan Dimas, yang menurut dia sikap tegas dan disiplin Riedl membuat dirinya bisa lebih banyak belajar untuk mengasah kemampuan sepak bolanya.

"Program-programnya dapat saya jalani, dan saya tidak menemui kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan rekan-rekan yang lebih senior," kata Evan Dimas.

Di balik sikap seriusnya, Riedl tetap sebagai pribadi yang ramah dan terbuka.

Ia tidak pernah bosan ketika ditanya wartawan, baik wartawan Indonesia maupun Vietnam selama berada di Hanoi, meskipun tema pertanyaannya berulang-ulang.

Riedl tampak sudah tahu kebutuhan media, tapi ia tetap menahan menjawab pertandingan yang dinilainya bisa membuat kontroversi atau pun yang bisa mempengaruhi kekuatan tim.

Gencarnya pemberitaan mengenai Piala AFF ini, membuat publik Indonesia banyak berharap agar Riedl memberi lebih dari apa yang pernah dicapainya pada 2010, yakni gelar juara ditahun 2014.

Oleh Teguh Handoko
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2014