Jakarta (ANTARA News) - Indonesia Police Watch (IPW) mengimbau Kapolda Bali tidak memberikan rekomendasi kepada Mabes Polri atas pelaksanaan Munas IX Partai Golkar di Bali, 30 November 2014, yang berpotensi menimbulkan kekacauan.

"Kapolda Bali diimbau tidak memberikan rekomendasi, sehingga Kapolri Sutarman bisa melarang dan tidak memberikan izin pelaksanaan Munas Golkar pada tanggal 30 November hingga 3 Desember 2014 mendatang sebab berpotensi kacau," kata Ketua Presidium IPW Neta S. Pane dalam siaran pers di Jakarta, Rabu.

Ia mengatakan, memberikan apresiasi pada Menko Polhukam yang sejak awal sudah meminta Polri agar tidak mengeluarkan izin pelaksanaan Munas Golkar atas dasar analisis situasi dan kondisi Partai Golkar yang kian panas.

"Untuk itu, Kapolri patut mencermati kondisi ini sehingga tidak sekadar tidak memberi izin, tetapi juga melarang pelaksanaan Munas Partai Golkar," ujarnya.

IPW juga berharap Kapolda Bali segera menjelaskan kepada Mabes Polri bahwa kondisi Pulau Dewata saat ini sangat kondusif. Dengan demikian, jika Munas Golkar dipaksakan, akan terjadi kekacauan yang bisa berbuntut kerusuhan, yang akan mengganggu stabilitas kamtibmas.

"Bali pascateror bom sudah sangat kondusif dan wisatawan sudah merasa nyaman di Bali. Jangan sampai kenyamanan ini terganggu dan membuat wisatawan hengkang dari kawasan itu," catatnya.

IPW juga menilai Munas IX Partai Golkar di Bali sangat berpotensi menjadi bentrokan besar di antara massa pro dan kontra karena terjadi bentrokan dalam rapat pleno di DPP Golkar di Slipi, Jakarta, Selasa kemarin.

Neta menilai, "Untuk menghindari potensi kerusuhan yang lebih besar saat munas diselenggarakan di Bali, maka Kapolda Bali dan Kapolri harus melarang pelaksanaan munas itu. Potensi kekacauan di munas sudah terlihat sebab acara itu menghadirkan lebih banyak kader Golkar dari DPD I dan DPD II seluruh Indonesia."

Kapolda Bali dan Kapolri dinilai perlu melihat bahwa fakta tersebut dapat mengganggu kamtibmas di Pulau Bali.

"Bagaimanapun Bali menjadi tolok ukur keamanan Indonesia bagi masyarakat internasional. Jangan hanya gara-gara kepentingan segelintir elite politik, kepentingan nasional yang lebih besar terabaikan," demikian Neta S. Pane.

Pewarta: Rangga Pandu Asmara Jingga
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2014