Jakarta (ANTARA News) - Usaha Niken Ayu bermula dari kemarahan. Perempuan berusia 40 tahun yang biasa disapa Ayu itu marah melihat kerusakan lingkungan dan ingin berbuat sesuatu untuk memperbaikinya.

Ia bergabung dengan lembaga swadaya masyarakat dan organisasi lingkungan, tapi tak merasa cukup. Ia lantas memutuskan untuk pindah jalur, menekuni usaha pengolahan limbah menjadi produk-produk kreatif.

Ayu bereksperimen membuat kertas dari pelepah pisang dan ampas tebu setelah melihat besarnya kerusakan akibat kegiatan pembuatan kertas.

Sampai ke Himalaya dan Thailand dia belajar mengolah limbah menjadi kertas berkualitas.

"Tahun 2010 pergi ke Himalaya dan Thailand. Di sana saya mendapat banyak ilmu, dan ternyata serat-serat sisa tanaman atau ampas tebu dan pisang bisa menjadi kertas yang berkualitas," kata Ayu, yang tinggal di daerah Meruya, Jakarta Barat.

Setelah itu Ayu pelan-pelan berusaha menerapkan ilmu yang dia peroleh. Ia mengajak tukang sampah dan penjual es tebu di wilayahnya ambil bagian dalam kegiatan usahanya. Mereka memasok ampas dan pelepah pisang untuknya.

"Awalnya saya hanya mengajak satu tukang sampah dan satu tukang es tebu. Sekarang, jumlahnya terus bertambah dan mereka memberi limbahnya dengan senang hati karena juga mendapat imbalan uang jasa," kata ibu dua anak itu.

Ayu menghancurkan ampas tebu dan pelepah pisang lalu merendamnya dalam air selama beberapa hari sebelum menaruhnya ke dalam cetakan berbentuk persegi dan mengeringkannya untuk membuat kertas.

Kertas-kertas berbahan limbah itu kemudian dia olah lagi menjadi aneka produk kreatif seperti cincin, gantungan kunci, dan aneka macam pigura.

Sekarang sudah 40 warga sekitar yang membantu Ayu membuat aneka produk kreatif berbahan kertas hasil daur ulang limbah yang dia beri label "Panen".
   
"Ada 40 orang yang sudah aktif setor produk kreatif dari bahan ampas itu ke saya, dan kita pasarkan ke beberapa gerai yang sudah bekerja sama," katanya.

Ia memasarkan produk-produk kreatifnya ke 18 kabupaten/kota termasuk Jakarta, Bogor, Bekasi, Bandung dan Surabaya. Ayu juga menjual produknya lewat toko daring dan berencana membuka toko di Melbourne, Australia.

"Kita sedang mau siap-siap buka toko di Melbourne untuk pemasaran luar negeri, sebab ada sambutan positif dari negera itu," kata Ayu, yang omzet usahanya setiap bulan berkisar antara Rp7 juta sampai Rp10 juta.

Usaha Ayu mengajak para warga mengubah sampah menjadi produk kreatif berbuah manis. Dia mendapat penghargaan bidang pemberdayaan masyarakat tahun 2013.

Tahun ini dia juga menjadi juara kedua dalam kompetisi usaha kecil menengah ramah lingkungan dan juara kedua lomba teknologi tepat guna yang digelar Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Ayu berharap masyarakat Indonesia semakin bijak memanfaatkan kertas dan semakin menghargai produk daur ulang supaya Bumi bisa tetap terjaga.

Pewarta: Abdul Malik
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2014