Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Agama (Kemenag) yang dipimpin Lukman Hakim Saifuddin, menegaskan bahwa madrasah akan digalakkan sebagai salah satu sarana pendidikan untuk revolusi mental sejak dini seperti tekad yang selalu diutarakan oleh Presiden RI Joko Widodo.

Direktur Direktorat Pendidikan Madrasah Kemenag Prof Dr HM Nur Kholis Setiawan dalam keterangan persnya di Jakarta, Kamis, mengatakan bahwa tantangan terbesar pengembangan madrasah adalah mengubah persepsi masyarakat tentang madrasah.

"Di sebagian kalangan masyarakat masih beranggapan bahwa madrasah bukanlah pilihan utama bagi pendidikan anak-anaknya. Madrasah masih dipandang sebagai sekolah alternatif jika anaknya tidak diterima di sekolah negeri atau sekolah swasta," kata Nur Kholis.

Ketika disinggung mengenai strateginya selaku Direktur Direktorat Pendidikan Madrasah, Pria kelahiran Kebumen (Jateng) itu menyatakan pihaknya tidak bisa memaksa masyarakat untuk memasukkan anaknya ke madrasah. "Kami menunjukan kepada masyarakat bahwa madrasah lebih unggul," ujarnya.

Meskipun secara fakta bahwa saat ini madrasah sudah lebih baik, namun bagaimana mengubah persepsi masyarakat agar tidak memandang madrasah hanya sebagai lembaga keagamaan tapi juga menjadi sebuah pilihan untuk pendidikan anak-anaknya. "Itulah yang menjadi tugas dan tanggungjawab Direktrorat Pendidikan Madrasah," kata Nur Kholis.

Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Madrasah disebutkan bahwa madrasah adalah sekolah yang memiliki ciri khas. Ciri khas itu antara lain adalah adanya lima mata pelajaran yang tidak diajarkan di sekolah umum, seperti mata pelajaran Alqur’an Hadist, Fiqih, Aqidah akhlak, Sejarah Kebudayaan Islam dan Bahasa Arab.

Lebih lanjut di UU itu disebutkan bahwa tingkatan Madrasah antara lain Madrasah Ibtidaiyah (MI) setingkat dengan Sekolah Dasar (SD). Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pendidikan Menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Madrasah Aliyah Kejuruan (SMK).

"Dengan ciri khas yang dimilikinya madrasah akan mampu melahirkan anak didik yang tidak hanya pintar tetapi juga benar. Saya dorong melalui berbagai program pembinaan maupun bantuan adalah menjadikan ciri khas yang dimiliki oleh madrasah itu tidak hanya sebagai ciri khas semata, tetapi harus mampu menjadi ruh untuk proses internalisasi lembaga pendidikan yang berkarakter," kata Nur Kholis.

Dia menambahkan, dengan menjadikan madrasah sebagai lembaga pendidikan yang berkarakter maka kualitas yang dihasilkan tentu adalah anak didik yang juga berkarakter.

"Jika pemerintahan Presiden Jokowi ini terkenal dengan jargonnya yaitu revolusi mental ternyata madrasah merupakan sarana pembentukan revolusi mental itu sendiri dengan pembentukan karakter anak didiknya," demikian Nur Kholis Setiawan.

Pewarta: Ruslan Burhani
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014