New York, AS (ANTARA News) - Percobaan Vaksin bagi virus Ebola yang dibuat oleh Glaxo Smith Kline berhasil melewati tes tahap pertama tanpa menimbulkn efek samping yang serius pada beberapa sukarelawan yang diuji.

"Eksperimen vaksin Ebola tersebut tidak menimbulkan efek samping pada 20 sukarelawan sehat yang menerima vaksin itu saat uji klinis tahap awal," kata laporan beberapa orang ilmuan dalam Jurnal ilmiah Tentang Obat, New England atau (New England Journal of Medicine), Rabu (26/11).

Percobaan yang dimulai 2 September 2014 tersebut akan memantau sukarelawan dalam 48 jam yang difokuskan pada penilaian keamanan vaksin tersebut.

Selain itu reaksi imun yang ditimbulkan juga menawarkan harapan bahwa vaksin tersebut akan efektif untuk memerangi Ebola.

"Vaksin yang aman sangat menggembirakan, dan saat menemukan dosis lebih tinggi menyebabkan reaksi imun yang sebanding dengan hewan percobaan yang terlindungi dari Ebola," kata Direktur Institut Alergi dan Penyakit Menular Nasional atau National Institute of Allergy and Infectious Diseases (NIAID), Anthony Fauci, yang memimpin percobaan di Bethesda, Maryland.

Vaksin injeksi yang dikembangkan di NIAID dan perusahaan bioteknologi Okairos tersebut diakuisisi oleh GlaxoSmithKline. Vaksin tersebut mengandung material genetik dari dua bibit Ebola Zaire yang bertanggung jawab atas terjadinya wabah di Afrika Barat.

Para peneliti saat ini melakukan penilaian atas efektifitas dari beberapa vaksin yang di uji dengan melihat apakah dapat memicu produksi antibodi untuk menangkal Ebola dan sistem imun sel T.

Percobaan tersebut mengikut sertakan sukarelawan berusia 18-50 tahun, setengahnya menerima dosis lebih rendah dan lainya lebih tinggi. Semuanya menunjukan perkembangan Antibodi Anti-Ebola dalam empat minggu, dengan produksi lebih tinggi pada yang diberi dosis tinggi.

Dosis yang diberikan juga berpengaruh pada produksi sel T dengan rincian tujuh dari 10 sukarelawan yang diberi dosis tinggi menghasilkan satu jenis sel T yang penting, sementara pada dosis yang rendah hanya terdapat dua.

Pihak perusahaan mengatakan pemberian dosis yang lebih tinggi dibutuhkan untuk memicu imunitas, dan yang lebih menantang dan mahal pastinya adalah ketika harus memproduksi secara besar vaksin itu.

Sementara itu Dr. Daniel Bausch dari Tulane University mengatakan hasil dari percobaan tersebut menjanjikan namun dirinya juga mengingatkan bahwa ada banyak tantangan ke depannya sebelum keamanan dan efektifitas dari vaksin ini rampung.

Vaksin GlaxoSmithKline lainnya yang dipergunakan untuk melawan bibit ebola Zaire, saat ini sedang menjalani uji keamanan di Inggris, Mali dan Swiss.

Sementara itu Merck yang mengumumkan akan membeli hak atas vaksin pengembangan perusahaan bioteknologi yang bermarkas di Iowa NewLink Genetics. Saat ini vaksin tersebut sedang di tes di Maryland.

Di lain pihak, percobaan vaksin anti ebola dari perusahaan Johnson & Johnson juga akan melakukan ujicoba yang rencananya dimulai pada Januari 2015, demikian Reuters melaporkan.

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2014