Wina (ANTARA News) - Organisasi negara-negara pengekspor minyak OPEC pada Kamis (27/11) memutuskan untuk tidak memangkas produksi minyak mereka meskipun pasokan global berlimpah dan memicu harga minyak mentah turun sampai lima dolar AS.

Kartel yang menghasilkan sepertiga minyak dunia memilih untuk mempertahankan target produksinya meski harga minyak merosot 35 persen sejak Juni.

Ke-12 negara anggota kartel "memutuskan untuk mempertahankan tingkat produksi 30 juta barel per hari" yang telah berlangsung tiga tahun, kata OPEC dalam sebuah pernyataan yang dikutip kantor berita AFP.

Sekretaris Jenderal OPEC Abdullah El-Badri mengatakan kartel akan duduk diam sebelum pertemuan produksi berikutnya yang dijadwalkan pada Juni di Wina, tempat kartel bermarkas.

"Kami harus menunggu dan melihat bagaimana pasar akan menetap," katanya pada konferensi pers penutupan pertemuan tersebut.

"Seperti yang saya katakan berkali-kali ... kami tidak ingin panik."

Dalam pertemuan terbaru, OPEC menghadapi tekanan dari para anggota yang lebih miskin, terutama Venezuela, untuk memotong produksi karena kemerosotan harga minyak telah memangkas pendapatan berharga mereka.

Namun anggota-anggota dari Teluk yang kuat menolak desakan pemangkasan produksi kecuali mereka menjamin pangsa pasarnya di arena yang sangat kompetitif, terutama di Amerika Serikat, tempat minyak lebih murah dari serpih batu membanjir memberikan kontribusi terhadap kelebihan pasokan global.

"Kita harus menarik kelebihan dari pasar," kata Menteri Luar Negeri Venezuela Rafael Ramirez kepada wartawan menjelang pengumuman hasil pertemuan Kamis.


Harga jatuh

Keputusan OPEC membuat harga minyak dunia jatuh ke posisi terendah empat tahun.

Di kontrak berjangka New York, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Januari harganya merosot menjadi 67,75 dolar AS per barel -- tingkat terendah sejak akhir Mei 2010.

Minyak mentah Brent North Sea, London, untuk pengiriman Januari terpuruk ke posisi 71,25 dolar AS per barel, juga terendah dalam empat tahun.

Analis komoditas di kelompok riset Capital Economics Tom Pugh mengatakan OPEC "mungkin telah sampai pada kesimpulan bahwa periode harga minyak lebih rendah berpotensi bekerja dalam mendukung kelompok dalam jangka panjang, mengingat dorongan itu akan menguntungkan ekonomi global."

"Meskipun demikian, ada kemungkinan ada ketidaksepakatan besar di antara anggota OPEC seperti Iran dan Venezuela, yang telah meminta penurunan produksi, dengan anggota Teluk yang berada di posisi keuangan yang lebih kuat."

Harga minyak mentah sedang tertekan juga oleh nilai dolar AS yang lebih kuat dan kekhawatiran tentang menurunnya permintaan energi di ekonomi global yang lemah.

Badan Energi Internasional (IEA) baru-baru ini memperingatkan bahwa "kekalahan harga" itu belum berakhir, dan bahwa minyak mentah berjangka akan meluncur jauh hingga 2015.

Anjloknya harga minyak telah mengipasi kekhawatiran tentang ancaman deflasi dalam perekonomian dunia, dan terutama di zona euro.

Sementara penurunan harga konsumen mungkin terdengar baik bagi konsumen, namun deflasi dapat memicu lingkaran setan di mana usaha dan rumah tangga menunda pembelian, mencekik permintaan dan menyebabkan perusahaan memberhentikan pegawainya. (Uu.A026)

Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2014