Kurikulum 2013 dalam jenjang pendidikan dasar memberi porsi lebih besar pada pendidikan karakter yakni 80 persen, sedangkan sisanya 20 persen tentang pengetahuan,"
Jakarta (ANTARA News) - Pakar pendidikan Prof Dr Suswandari MPd menilai Kurikulum 2013 sangat cocok menjadi basis kebijakan revolusi mental, karena menekankan pada nilai-nilai kemanusiaan.

"Kurikulum 2013 dalam jenjang pendidikan dasar memberi porsi lebih besar pada pendidikan karakter yakni 80 persen, sedangkan sisanya 20 persen tentang pengetahuan," kata Suswandari pada orasi pengukuhannya sebagai Guru Besar di Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (Uhamka) di Jakarta, Sabtu.

Kurikulum 2013, ujar dia, memang dipersiapkan untuk pembentukan generasi bangsa masa depan yang mengedepankan selain pilar pengetahuan dan keterampilan, juga pilar sikap sebagai pengejawantahan nilai karakter yang universal.

Kurikulum 2013, ia mengatakan, temanya dilakukan secara terpadu dengan materi lain sehingga sajiannya holistik dan merupakan langkah perbaikan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (2006) dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (2009).

"Kurikulum 2013 mencirikan perubahan mindset tentang pembelajaran, baik menyangkut kompetensi lulusan, materi pelajaran, pendekatan pembelajaran dan proses pembelajarannya," katanya.

Ia mencontohkan untuk kelas I SD tema pembelajarannya misalnya tentang Diri Sendiri, kelas II SD temanya Hidup Rukun, kelas III dengan tema Sayangi Hewan dan Tumbuhan di sekitar, kelas IV Indahnya Kebersamaan, kelas V Bermain dengan Benda-benda di Sekitar Kita dan kelas VI Selamatkan Makhluk Hidup.

"Pendekatan pembelajaran terintegrasi ini membutuhkan kecerdasan, kreativitas, dan mimpi-mimpi guru untuk selalu menyajikan pembelajaran yang inovatif, sebagai bagian dari revolusi mental," katanya.

Suswandari dilantik menjadi Guru Besar Uhamka di bidang Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial bersama Prof Dr Ade Hikmat MPd di bidang Pendidikan Bahasa Indonesia.

Rektor Uhamka Prof Dr Suyatno MPd yang melantik keduanya mengatakan, dengan pengukuan yang ke-7 itu, kini perguruan tinggi yang dipimpinnya memiliki 13 guru besar.

"Untuk menjadi guru besar tidaklah mudah, harus menulis di jurnal ilmiah yang diterbitkan di jurnal internasional yang terakreditasi," katanya.

Pihaknya juga mengusahakan karya-karya ilmiah para dosennya dipublikasi sehingga bisa diunduh menjadi kutipan (sitasi) oleh ilmuwan lainnya.

Pewarta: Dewanti Lestari
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014