Sudah dibebaskan ... dalam kondisi sempurna."
Bogota (ANTARA News) - Gerilyawan sayap kiri Kolombia, FARC, pada Minggu membebaskan seorang jenderal angkatan darat serta dua orang lainnya dan mendesak agar "gencatan senjata" diterapkan guna melindungi perundingan damai dari gangguan-gangguan di masa depan.

Presiden Juan Manuel Santos, yang menghentikan perundingan damai setelah penawanan terhadap Brigadir Jenderal Ruben Alzate, mengumumkan pembebasan tersebut, lapor AFP.

"Sudah dibebaskan ... dalam kondisi sempurna," katannya melalui akun Twitter miliknya.

Ia menambahkan bahwa mereka yang baru dibebaskan itu akan segera berkumpul dengan keluarga-keluarganya setelah cuaca memungkinkan.

Operasi militer telah dihentikan dalam rangka penyerahan para tawanan itu di Choco, wilayah yang diliputi hutan lembab dan berbatasan dengan Panama.

Santos telah membuat pembebasan tersebut sebagai syarat bagi dimulainya kembali perundingan, yang telah berlangsung selama dua tahun dan dilihat sebagai kesempatan terbaik untuk mengakhiri perang gerilya di negara tersebut selama 50 tahun.

Namun, dalam sebuah pernyataan dari Havana setelah pembebasan tawanan, FARC mendesak Santos untuk menyepakati gencatan senjata bilateral guna melindungi perundingan perdamaian dari gangguan-gangguan serupa di masa datang.

"Sudah tiba waktunya bagi diterapkannya gencatan senjata bilateral sehingga tidak ada gerakan perang di medan pertempuran dan menyebabkan gangguan" terhadap proses perdamaian, kata pernyataan FARC.

Santos telah berkali-kali menolak mempertimbangkan gencatan senjata tanpa ada perjanjian. Ia beralasan bahwa para pemberontak bisa menggunakan kesempatan itu untuk menyusun kembali kekuatan, memperpanjang perang.

Pernyataan FARC berargumentasi bahwa sementara perundingan perdamaian mengangkat sebagian besar masalah sensitif, sudah tiba saatnya untuk "menyusun kembali aturan-aturan main."

Alzate, Kopral Jorge Rodriguez dan penasihat militer Gloria Urrego, ditawan para pemberontak pada 16 November ketika mereka sedang dalam perjalanan menggunakan perahu mengunjungi proyek energi sipil di wilayah Choco.

Jenderal berusia 55 tahun itu merupakan pejabat tingkat tertinggi yang pernah ditawan oleh FARC.

Alzate memimpin sebuah gugus tugas angkat darat untuk memerangi para pemberontak serta pedagang obat-obat terlarang di Choco, wilayah miskin yang menderita karena konflik.

FARC mengatakan, Sabtu, persiapan sedang dilakukan untuk membebaskan ketiga tawanan kepada Komite Internasional Palang Merah serta perwakilan dari Norwegia dan Cuba, dua negara penjamin perundingan perdamaian.

Kantor berita Kolombia, Anncol, yang dekat dengan pihak FARC, mengatakan perunding perdamaian pemberontak Pastor Alape serta komandan unit yang menawan Alzate merupakan pihak-pihak yang terlibat dalam penyerahan tawanan.

Untuk menunjukkan niat baiknya, FARC pada Selasa juga membebaskan dua prajurit lainnya yang mereka tawan dalam pertempuran 9 November di wilayah Arauca.

(Uu.T008)























































































(Uu.SYS/A/T008/C/T008) 01-12-2014 04:20:49

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014