London (ANTARA News) - Evolusi cepat human immunodeficiency virus (HIV) memperlambat kemampuannya menyebabkan sindroma merapuhnya kekebalan tubuh (Acquired Immune Deficiency Syndrome/AIDS) menurut hasil studi yang dilakukan pada lebih dari 2.000 perempuan di Afrika.

Para ilmuwan mengatakan riset menunjukkan HIV yang virulensinya lebih rendah bisa menjadi satu dari beberapa faktor yang menyumbang pembalikan pandemi mematikan, dan pada akhirnya mengakhiri AIDS.

"Secara keseluruhan kita menurunkan kemampuan HIV menyebabkan AIDS dengan cepat," kata Philip Goulder, seorang profesor di Oxford University yang memimpin studi itu dalam wawancara lewat telepon.

"Tapi akan berlebihan untuk mengatakan HIV telah kehilangan potensi-- ini masih virus yang tak ingin kau miliki," katanya seperti dilansir kantor berita Reuters.

Sekitar 35 juta orang terinfeksi HIV dan AIDS telah membunuh sekitar 40 juta orang sejak mulai menyebar 30 tahun lalu.

Namun pada pengampanye mencatat pada Senin (1/12) bahwa untuk pertama kali dalam sejarah epidemi, jumlah kasus baru infeksi HIV tahunan menurun dibandingkan jumlah orang positif HIV yang menjalani perawatan, artinya titik balik krusial telah dicapai untuk mengurangi kematian akibat AIDS.

Tim Goulder melakukan studi mereka di Botswana dan Afrika Selatan, dua negara yang paling parah terdampak AIDS, tempat mereka mendaftar lebih dari 2.000 perempuan dengan HIV.

Pertama mereka melihat apakah interaksi antara respons kekebalan tubuh alami dan HIV membuat virus menjadi kurang virulen atau kurang bisa menyebabkan penyakit.

Riset baru-baru ini tentang HIV menunjukkan bahwa orang dengan gen yang disebut HLA-B*57 bisa mendapatkan keuntungan dari efek perlindungan terhadap HIV dan berkembang lebih lambat dari biasa menjadi AIDS.

Para ilmuwan menemukan bahwa di Botswana HIV telah lebih berkembang untuk beradaptasi ke HLA-B*57 di Afrika Selatan, sehingga pasien tidak lagi diuntungkan dari efek perlindungan.

Tapi mereka juga menemukan ongkos adaptasi ini untuk HIV adalah penurunan kemampuan untuk mengganda, membuatnya jadi kurang jahat.

Para ilmuwan kemudian menganalisis dampak virulensi dari penggunaan obat-obatan AIDS.

Menggunakan model matematika, mereka menemukan bahwa perawatan pasien HIV yang paling sakit, yang sistem kekebalan tubuhnya sudah dilemahkan oleh infeksi, meningkatkan evolusi varian HIV dengan kemampuan lebih rendah untuk mengganda.

"Adaptasi HIV ke respons kekebalan yang paling efektif yang kita buat untuk menghadapinya datang dengan ongkos signifikan pada kemampuannya untuk mengganda," kata Goulder.

 "Apapun yang bisa kita lakukan untuk meningkatkan tekanan pada HIV dengan cara ini memungkinkan para ilmuwan mengurangi kemampuan destruktif HIV dari waktu ke waktu," katanya.

Hasil studi baru tentang HIV itu diterbitkan pada Senin dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences (PNAS).

Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2014