Brussel (ANTARA News) - Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg pada Senin menuduh Rusia melanggar kesepakatan gencatan senjata di Ukraina timur dengan mengirimkan persenjataan canggih dalam jumlah banyak kepada para separatis pro-Rusia.

Ukraina mengatakan, Minggu, iring-iringan 106 kendaraan telah memasuki wilayah timurnya dari Rusia tanpa izin Kiev. Ukraina menuduh Moskow menggunakan kesempatan pengiriman bantuan kemanusiaan untuk memasok senjata dan amunisi kepada para pemberontak separatis.

"Kami melihat adanya penambahan militer di dalam dan di sekitar Ukraina," kata Stoltenberg saat jumpa pers.

"Pengiriman persenjataan canggih Rusia dalam jumlah besar, peralatan dan personel militer kepada para separatis yang brutal."

Moskow membantah menggunakan iring-iringan itu untuk mengirimkan persenjataan dan menolak tuduhan Barat bahwa Rusia sedang mempersenjatai para pemberontak serta mengirimkan para petempur untuk membantu mereka.

Rusia sebaliknya menuding Barat dan Kiev melakukan kekerasan tanpa pandang bulu di wilayah-wilayah timur, yaitu Luhansk dan Donetsk.

Saat memberikan komentar soal iring-iringan, Stoltenberg mengatakan jalan terbaik untuk meningkatkan situasi kemanusiaan di Ukraina timur adalah dengan berhenti melanggar perjanjian Minsk, yang dibuat untuk menghentikan konflik di Ukraina timur, dan dengan menghormati gencatan senjata.

"Kami melihat para separatis dan Rusia tidak melakukannya. Rusia mengobarkan konflik itu dengan memberikan ... perlengkapan serta bentuk-bentuk dukungan lain bagi para separatis dan dengan demikian (mereka) mengecilkan serta melanggar gencatan senjata dan upaya-upaya untuk menciptakan penyelesaian damai dan melalui perundingan," katanya.

Para menteri luar negeri NATO pada Selasa melakukan pertemuan di Brussel untuk membahas situasi di Ukraina serta meninjau kembali langkah-langkah yang telah diambil perhimpunan 28 negara itu dalam meningkatkan pertahanannya. Pertemuan juga membahas upaya untuk meyakinkan sekutu-sekutu mereka dari Eropa timur yang khawatir, menyusul pencaplokan oleh Rusia terhadap wilayah Ukraina, Krimea, pada Maret lalu.

Mereka akan meneruskan langkah-langkah tersebut, termasuk latihan serta rotasi sejumlah kecil pasukan ke Eropa bagian utara sepanjang 2015, demikian laporan Reuters.

(Uu.T008)

Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2014