Tripoli (ANTARA News) - Setidaknya tiga orang tewas Selasa dalam serangan udara di kota sebelah barat Tripoli yang dilakukan pasukan yang setia kepada pemerintah Libya, yang diakui secara internasional, yang berseteru dengan kekuatan saingan dalam mengendalikan ibukota, kata para pejabat.

Serangan ditargetkan tiga lokasi di kota Zawura, termasuk tempat penyimpanan persediaan makanan, pelabuhan nelayan dan target-target lain yang tidak ditentukan di luar kota, menurut pemerintah lokal dan pejabat militer, lapor Reuters.

Libya terjebak dalam konflik antara dua pemerintah yang bersaing, salah satu yang menyatakan diri dan didirikan di Tripoli setelah pasukan dari kelompok yang dikenal sebagai "Libya Dawn" mengambil alih ibukota di musim panas lalu, dan yang lain, pemerintah yang diakui secara internasional yang kini beroperasi dari kota timur Tobruk.

Serangan-serangan dilakukan oleh pasukan yang setia kepada Pemerintah yang diakui secara internasional yang beroperasi dari timur sejak jatuhnya Tripoli, kata seorang juru bicara tentara Libya, tetapi tidak memberikan rincian lebih lanjut.

"Kami secara resmi mengklaim serangan udara pada hari ini karena Zuwurah, bagian dari perjuangan melawan terorisme. Kami sudah memperingatkan tempat-tempat ini milik operasi "Libya Dawn" karena mereka gunakan untuk tindakan ilegal," kata juru bicara, Mohamed Hejazi.

Namun Wali kota dewan kota Zawura Haffed Jumaa mengatakan kepada Reuters, bahwa serangan itu dilakukan oleh mantan jenderal Libya Khalifa Haftar, yang sedang melakukan kampanye melawan militan Islam dan telah bersekutu dengan Tobruk.

"Pesawat-pesawat tempur lepas landas dari pangkalan udara Al-Watia yang dikendalikan Haftar," kata Haffed.

Dia mengatakan, sedikitnya tiga orang tewas dalam serangan udara itu.

Setelah perang yang didukung NATO mengakhiri pemerintahan orang kuat Muammar Gaddafi pada tahun 2011, Libya telah berjuang untuk mencapai stabilitas.

Bekas brigade pemberontak yang pernah berjuang berdampingan sekarang telah dihidupkan satu sama lain, menyelaraskan diri dengan faksi-faksi politik yang bersaing untuk merebut kendali.  (AK)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014