Paris (ANTARA News) - Presiden Francois Hollande Rabu mengatakan Prancis siap "untuk meningkatkan tindakan-tindakan" terhadap gerilyawan Negara Islam (ISIS) di Irak, ketika Amerika Serikat mengatakan serangan udara internasional akhirnya menghentikan kemajuan kelompok jihad itu.

"Kami akan terus memberikan dukungan militer kepada Irak, yang merupakan korban serangan teroris besar-besaran," kata Hollande dalam satu pernyataan bersama dengan Perdana Menteri Irak Haider al-Abadi, lapor AFP.

Prancis cepat untuk bergabung dengan aksi militer koalisi pimpinan AS, tetapi Paris sejauh ini menolak untuk bergabung dengan Amerika Serikat dalam perang udara melawan ISIS di Suriah.

Bulan lalu, pemerintah Prancis mengatakan enam jet tempur Mirage akan dikerahkan ke Jordania untuk membantu dalam memerangi ISIS.

Prancis telah memiliki sembilan jet tempur Rafale di Uni Emirat Arab untuk berpartisipasi dalam serangan udara.

Namun, berbeda dengan Amerika Serikat, Prancis telah hanya melakukan beberapa serangan terhadap militan.

Tindakan yang dilakukan selama ini "telah memungkinkan kemajuan tak terbantahkan dalam keberhasilan militer dan juga politik," tegas Hollande.

Sementara itu Abadi mengatakan: "Kami sedang dalam proses membebaskan semua tanah kami yang diduduki" dan "kami pikir pembebasan ini tidak jauh."

"Hari ini, ada lebih optimis dan lebih banyak harapan bahwa Irak dapat menjadi satu negara, rakyat yang bersatu," tambahnya.

Namun, ia memperingatkan bahwa penurunan dramatis harga minyak mengalami "konsekuensi negatif untuk anggaran kami" dan meminta "bantuan rekonstruksi."

"Terorisme hari ini memangsa kemiskinan dan ketidakpuasan rakyat atas situasi ekonomi," katanya.

Menteri Luar Negeri AS John Kerry, tuan rumah pertemuan koalisi anti-ISIS koalisi di Brussels, mengatakan serangan udara internasional akhirnya menghentikan kemajuan gerak pejuang jihad di Irak dan Suriah, namun memperingatkan hal itu bisa perlu waktu bertahun-tahun untuk mengalahkan mereka. (AK)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014